7 Fakta Menarik Tentang Konklaf Gereja Katolik yang Memilih Paus Berikutnya

5 hours ago 2

7 Fakta Menarik Tentang Konklaf Gereja Katolik yang Memilih Paus Berikutnya

Ilustrasi. (Foto: Vatican News)

JAKARTA – Mangkatnya Paus Fransiskus wafat pada Senin, 21 April 2025, meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik di seluruh dunia. Dalam suasana berkabung yang penuh penghormatan, Vatikan kini bersiap menjalankan salah satu tradisi tertua dan paling sakral dalam sejarahnya: konklaf, proses pemilihan Paus baru yang berlangsung dalam keheningan, doa, dan kerahasiaan mutlak.

Meskipun dunia telah berubah drastis dengan kemajuan teknologi dan informasi, konklaf tetap setia pada bentuk aslinya, hampir tak berubah sejak pertama kali dilaksanakan lebih dari 800 tahun yang lalu. Di balik dinding tebal Kapel Sistina, para kardinal elektor dari seluruh penjuru dunia akan berkumpul, terisolasi dari dunia luar, untuk melaksanakan tugas mulia ini.

Dengan hanya ditemani doa dan bisikan hati nurani, mereka akan memilih pemimpin baru bagi lebih dari satu miliar umat Katolik, sementara dunia menanti tanda asap putih yang akan mengepul dari cerobong sebagai pertanda: Paus baru telah terpilih.

"Para kardinal berusia di bawah 80 tahun akan segera berkumpul di Kapel Sistina tempat yang megah dan penuh sejarah untuk menjalani konklaf, sebuah proses pemilihan Paus yang dilakukan dalam keheningan dan isolasi total.

Begitu pintu ditutup, mereka secara harfiah ‘dikunci’ dari dunia luar, tak akan keluar hingga satu nama dipilih sebagai pemimpin baru Gereja Katolik. Secara teori, siapa pun pria Katolik yang telah dibaptis bisa dipilih menjadi Paus.

Namun, dalam praktiknya, pilihan hampir selalu jatuh pada sosok dari kalangan kardinal, yang telah lama menempuh jalan pelayanan dalam hierarki Gereja. Umumnya, Paus terpilih berada pada rentang usia 70 hingga 80 tahun usia yang mencerminkan kebijaksanaan, pengalaman, dan ketenangan dalam memimpin lebih dari satu miliar umat Katolik di seluruh dunia."

7 Fakta Menarik Konklaf Vatikan

  1. Dilakukan di Kapel Sistina

Pemilihan Paus secara tradisional dilakukan di Kapel Sistina di Vatikan, tempat yang sama di mana terdapat lukisan dinding terkenal karya Michelangelo.

  1. Peserta Hanya Kardinal Berusia di Bawah 80 Tahun

Hanya kardinal yang berusia kurang dari 80 tahun yang boleh ikut memilih Paus. Mereka disebut sebagai "kardinal elektor".

  1. Pertama Kali Dilakukan pada Abad ke-13

Aturan konklaf diperkenalkan pertama kali pada abad ke-13 oleh Paus Gregorius X melalui dokumen Ubi Periculum. Ini terjadi setelah Gereja mengalami kekosongan kepemimpinan selama hampir tiga tahun. Gregorius X menetapkan bahwa kardinal harus berkumpul secara tertutup dan hanya boleh membawa satu atau dua pelayan. Jika pemilihan berlangsung lama, jatah makanan mereka akan dipangkas menjadi roti, air, dan anggur.

  1. Proses Pemungutan Suara yang Sakral

Konklaf dimulai sekitar 15 hingga 20 hari setelah wafatnya paus dengan misa khusus. Kardinal akan tinggal di Domus Sanctae Marthae dengan akses terbatas ke dunia luar. Setiap kardinal menulis nama kandidat pilihannya di selembar kertas dan memasukkannya ke dalam urn khusus. Jika jumlah suara tidak sesuai, pemungutan suara diulang.

  1. Sumpah Kerahasiaan Ketat

Selama konklaf, para kardinal harus mengambil sumpah untuk menjaga kerahasiaan proses dan hasil pemungutan suara. Pelanggaran sumpah bisa dikenai ekskomunikasi otomatis.

  1. Tidak Harus Memilih dari Kalangan Kardinal

Meskipun sangat jarang terjadi, secara teknis siapa saja bisa dipilih menjadi Paus, asal pria dan sudah dibaptis Katolik. Namun, dalam praktik modern, selalu dipilih dari kalangan kardinal.

  1. Asal-Usul Kata "Konklaf"

Kata "konklaf" berasal dari bahasa Latin cum (bersama) dan clavis (kunci), mencerminkan metode pemilihan Paus di mana para kardinal dikunci di dalam ruangan hingga mereka memilih Paus baru. Tradisi ini memastikan pemilihan berlangsung fokus dan penuh doa, menjadi simbol keseriusan momen pemilihan seorang Paus.

Di tengah bisu dinding Kapel Sistina dunia menanti dengan harap dan penasaran—siapakah yang akan muncul di balkon Basilika Santo Petrus, mengenakan jubah putih, dan menyapa dunia dengan kata-kata 'Habemus Papam', yang menadai kehadiran Paus baru. 

(Rahman Asmardika)

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |