Adab saat Melayat, Jangan Tanyakan Penyebab Kematian (Ilustrasi/Okezone)
JAKARTA - Ada sejumlah adab yang perlu diperhatikan kaum muslim saat melayat. Jangan sampai kehadiran saat takziah menambah beban batin keluarga yang tengah berduka.
Saat takziah, sebaiknya hindari bertanya soal kronologi maupun penyebab kematian. Bisa jadi keluarga yang berduka telah menerima pertanyaan serupa berulang kali dari pelayat lainnya.
Padahal, Islam telah memberikan pedoman bagaimana seharusnya seorang muslim bertakziyah, yaitu menghadirkan doa, penghiburan, serta meringankan beban keluarga yang ditinggalkan. Berikut beberapa adab melayat yang diajarkan Rasulullah SAW, sebagaimana melansir laman Muhammadiyah, Jumat (19/9/2025):
1. Baca Istirjā‘ dan Doa ketika Dengar Musibah
Seorang muslim dianjurkan membaca
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Artinya : “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.” (QS. al-Baqarah [2]: 156).
Disertai doa sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW:
اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا
Artinya : “Ya Allah, berilah aku pahala karena musibah ini dan gantikanlah bagiku dengan yang lebih baik.”
Rasulullah SAW bersabda:
«مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللهُ {إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ} اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا إِلَّا أَخْلَفَ اللهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا»
Artinya : “Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah lalu ia mengucapkan doa istirjā‘ sebagaimana yang diperintahkan Allah, melainkan Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad no. 25498, Muslim no. 918).
2. Hibur dan Ringankan Kesedihan Keluarga
Takziyah bukan ajang memperbincangkan detail kematian, melainkan kesempatan untuk menguatkan keluarga yang ditinggalkan. Rasulullah SAW pernah bersabda kepada keluarga yang berduka:
إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ
Artinya : “Sesungguhnya milik Allah apa yang Dia ambil, dan milik-Nya pula apa yang Dia berikan. Setiap sesuatu di sisi-Nya sudah ada batas waktunya. Maka hendaklah engkau bersabar dan mengharap pahala.” (HR. al-Bukhari no. 6829).
Nabi Muhammad mencontohkan ketulusan empati. Ketika cucunya dalam keadaan sekarat, beliau menangis hingga ditanya oleh sahabat. Nabi SAW menjawab:
«إِنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ»
Artinya : “Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hamba-Nya yang penuh kasih sayang.” (HR. al-Bukhari no. 6894).