Adopsi AI Makin Luas, Google Mau Buat Pusat Data di Luar Angkasa

2 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Google berencana membangun pusat data di luar angkasa pada awal 2027, menyusul penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang semakin luas. Proyek ambisius ini diberi nama Project Suncatcher.

Raksasa perusahaan teknologi asal California, Amerika Serikat itu berharap dapat memanfaatkan tenaga surya dan mengurangi biaya peluncuran roket. Peralatan uji coba pertama diluncurkan ke orbit dalam waktu dekat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para ilmuwan dan insinyur Google berpendapat bahwa sekitar 80 satelit bertenaga surya dapat diatur di orbit sekitar 400 mil di atas permukaan Bumi dan dilengkapi dengan prosesor bertenaga tinggi untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat untuk akal imitasi.

Dilansir dari The Guardian, penelitian yang dirilis oleh Google pada Selasa (4/11), biaya peluncuran ke luar angkasa akan menurun dengan cepat, sehingga pada pertengahan tahun 2030-an biaya operasional pusat data berbasis luar angkasa akan sebanding dengan yang ada di Bumi.

Untuk mendinginkan pusat data saat ini, penggunaan satelit dapat meminimalkan penggunaan sumber daya darat dan air.

Pusat data akan dilengkapi oleh panel surya yang dapat menghasilkan energi delapan kali lipat lebih efisien dibandingkan panel surya setelah berada di orbit dari pada panel surya di Bumi. Namun, peluncuran satu roket dapat menghasilkan emisi karbon dioksida hingga ratusan ton.

Para astronom mungkin menentang hal ini karena jumlah satelit yang semakin banyak di orbit rendah dapat mengganggu pengamatan mereka tentang alam semesta.

Dalam proyek Suncatcher, pusat data yang mengorbit akan mengirimkan hasilnya kembali melalui tautan optikyang biasanya menggunakan cahaya atau sinar laser untuk mengirimkan informasi.

Perusahaan teknologi besar yang mengejar kemajuan pesat AI, diperkirakan akan membeli pusat data darat di mana-mana seperti Lincolnshire hingga Brasil, dan India hingga Texas. Pengeluaran ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang dampak emisi karbon jika energi bersih tidak ditemukan untuk menggerakkan proyek.

"Di masa depan, ruang angkasa mungkin menjadi tempat terbaik untuk mengembangkan komputer AI," kata Google dalam risetnya.

"Dengan berangkat dari sana, proyek riset ambisius kami, Project Suncatcher, membayangkan konstelasi satelit bertenaga surya yang kompak, dilengkapi dengan Google TPUs dan terhubung melalui tautan optik ruang bebas. Pendekatan ini memiliki potensi besar untuk skalabilitas, sekaligus meminimalkan dampak pada sumber daya di Bumi," lanjut dia.

Elon Musk, yang memimpin penyedia internet satelit Starlink dan program roket SpaceX, pekan lalu mengatakan perusahaannya akan mulai memperluas operasinya untuk membangun pusat data di ruang angkasa.

Nvidia juga akan meluncurkan Chip AI ke luar angkasa pada akhir bulan, bekerja sama dengan startup Starcloud.

"Di ruang angkasa, Anda mendapatkan energi terbarukan yang hampir tak terbatas dan murah," kata Philip Johnston, salah satu pendiri startup tersebut.

"Biaya lingkungan yang timbul hanya pada saat peluncuran, namun selama masa operasional pusat data, akan ada penghematan karbon dioksida hingga 10 kali lipat dibandingkan dengan mengoperasikan pusat data di darat," lanjutnya.

Google berencana meluncurkan dua satelit prototipe pada awal 2027 dan mengatakan hasil penelitiannya merupakan "tonggak pertama menuju AI berbasis ruang angkasa yang dapat diskalakan."

(wpj/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |