Binatang rusa jadi-jadian alias siluman konon pernah berperang melawan Prabu Siliwangi. Peristiwa itu terjadi ketika Prabu Siliwangi masih berusia muda, dan jauh sebelum dia diangkat jadi raja di Kerajaan Pajajaran. Siluman rusa itu konon kerap mengganggu sehingga Prabu Siliwangi muda memutuskan untuk mengusir hewan jadi-jadian itu.
Keputusan Prabu Siliwangi untuk mengusir siluman rusa itu sempat dihalangi oleh Rara Sigir, istrinya sendiri. Sang istri khawatir justru rusa itu akan melukai Prabu Siliwangi yang masih muda.
Sebab ada informasi siluman rusa itu memiliki kesaktian tinggi dan tidak tertandingi kala itu. Bahkan rusa itu konon sempat mengalahkan Prabu Mundingkawati, sehingga membuat istri Prabu Siliwangi ketakutan suaminya terluka.
Dikisahkan dari buku "Waosan Babad Galuh dari Prabu Ciungwanara hingga Prabu Siliwangi : Naskah Kraton Kasepuhan Cirebon", terjemahan Amman N. Wahju, Prabu Siliwangi muda lantas menjawab kekhawatiran Rara Sigir dengan mengatakan demi membela negara ia akan melakukan itu.
Kepada istrinya, Prabu Siliwangi mengatakan, "Mati dalam membela negara adalah permata bagi seorang laki-laki. Mencari apa lagi, bukankah dengan perbuatan itu surga indah akan diperolehnya kelak". Niat bulat Prabu Siliwangi tidak mampu lagi dihalangi oleh istrinya.
Dia pun berangkat tanpa membawa pengiring dan hanya dengan membawa panah dan busurnya. Dia pergi menantang bahaya yang menantinya. Kyan Manjangan Gumulung atau hewan jadian berupa rusa sudah bersiap-siap menghadapi kehebatan Prabu Siliwangi yang datang itu. Siliwangi diterjangnya namun lolos seperti menerjang bayangan saja.
Kemudian serangan Manjangan Gumalunggung itu dibalasnya, anak-anak panahnya dilepaskan dan kemudian diamuk dengan pemukul, hingga akhirnya rusa itu pun rebah dan mati. Kemudian anaknya, yaitu Manjangan Gumaringsing, datang membela dengan bala tentaranya.
Namun Manjangan Gumaringsing segera disambut oleh senjatanya Siliwangi. Senjata itu mengenainya dan dia terbawa terbang, dan ketika jatuh dia berubah menjadi manusia. Kemudian Manjangan Gumaringsing segera datang menyerahkan diri dengan memberikan hormatnya kepada Siliwangi.
Betapa kagumnya para menak dan kuwu yang menyaksikan kesaktiannya junjungannya. Selama sebelas tahun kota-kota telah kosong dan baru sekarang ada Prabu Siliwangi yang mampu merebut lagi puri, dan lebih dari itu Manjangan Gumaringsing telah menyerahkan diri dan berbakti kepadanya. Dia diampuni dan diberi daerah kekuasaan di Gunung Galunggung tempatnya.
(Khafid Mardiyansyah)