Pemerintah mendorong pengembangan logam tanah jarang atau rare earth. (Foto: Okezone.com/Timah)
JAKARTA – Pemerintah mendorong pengembangan logam tanah jarang atau rare earth. Pasalnya, permintaan global terhadap komoditas ini tengah mengalami peningkatan.
Menurut Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikbudristek) Brian Yuliarto, logam tanah jarang atau rare earth element sedang menjadi rebutan dunia karena mengandung berbagai mineral yang dimanfaatkan untuk kebutuhan berbagai industri.
"Bangsa Indonesia memiliki kekayaan mineral yang sangat besar, salah satunya logam tanah jarang. Ini luar biasa dan berkah yang sangat besar nilainya. Itu tidak hanya kekayaan ekonomi, tapi sebuah kekayaan kedaulatan," ujarnya, Kamis (18/9/2025).
Oleh karena itu, Brian mendukung PT Timah Tbk, yang telah mulai mengembangkan logam tanah jarang di Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan negara.
"Kita diarahkan Pak Presiden untuk bisa memanfaatkan mineral ini. PT Timah mendapat amanah yang tidak ringan, dan kehormatan ini untuk memulai proses mengambil dan memanfaatkan logam tanah jarang di bumi Indonesia. Ini terobosan yang sangat besar," sambungnya.
Indonesia saat ini terus mempersiapkan diri untuk mengelola logam tanah jarang yang diharapkan dapat menjadi lompatan untuk pengembangan pengelolaan mineral di dalam negeri.
"Harapan kami, ini bisa menjadi salah satu lompatan bangsa kita untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kita bisa menguasai teknologi pemurnian dan pemisahan hingga ke produk hilir, sehingga nilai tambah akan sangat berlipat," tambahnya.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Usaha PT Timah Tbk, Suhendra Yusuf Ratuprawiranegara, berharap dukungan berupa penjaminan keberlanjutan pasokan bahan baku mineral melalui pengaturan kebijakan, dukungan kemitraan strategis, serta penyediaan jejaring pakar, laboratorium pengujian, dan fasilitas penelitian.