Implementasi Blockchain terhadap Perkembangan Industri Halal di Indonesia

5 days ago 12

PADA triwulan I 2024, sektor unggulan halal value chain (HVC) mencatat pertumbuhan sebesar 1,94% year on year dengan dua sektor utama, yakni makanan dan minuman halal serta modest fashion yang mencatatkan pertumbuhan lebih tinggi, masing-masing sebesar 5,87% dan 3,81%. Pada Global Islamic Economy Indicator dalam The State of the Global Islamic Economy Report (SGIER) 2023/2024, Indonesia berhasil naik satu peringkat menjadi posisi ketiga, mengungguli Uni Emirat Arab dan Bahrain.

Pertumbuhan ini merupakan awal positif bahwa sektor-sektor industri halal di Indonesia yang tidak hanya berkembang secara domestik, tetapi berpeluang menembus pasar internasional yang lebih luas. Hal ini juga didukung dengan adanya sertifikasi halal sehingga tidak hanya meningkatkan pangsa pasar pelaku usaha, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan ekonomi negara-negara mayoritas muslim.

Salah satu tantangan utama dalam produk makanan dan minuman halal adalah memastikan kepatuhan yang konsisten terhadap standar halal di seluruh rantai pasokan. Mulai dari pengadaan bahan baku hingga produksi dan distribusi, serta kurangnya standardisasi dan pengawasan dalam proses sertifikasi.

Kurangnya transparansi ini dapat menyebabkan resiko besar, termasuk tanpa sadar mengonsumsi bahan-bahan nonhalal atau mendukung praktik yang tidak etis dalam rantai pasokan. Memastikan transparansi dan kepercayaan dalam proses sertifikasi halal sangat penting untuk membangun dan menjaga kredibilitas dengan konsumen. Untuk mengatasi tantangan ini, teknologi blockchain menawarkan solusi potensial untuk memastikan integritas produk halal.

Potensi Blockchain dalam Produk Halal

Salah satu cara blockchain dapat mengatasi masalah dalam industri halal adalah dengan menciptakan platform yang terdesentralisasi dan aman untuk memverifikasi keaslian produk halal, yaitu menyimpan data sertifikasi dan kepatuhan di blockchain, serta konsumen pun dapat mudah melacak seluruh rantai pasokan suatu produk, mulai dari produksi hingga distribusi.

Teknologi blockchain mampu menjadi salah satu alternatif yang bisa memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk mengetahui riwayat transaksi kehalalan suatu produk. Kemudian dapat diketahui akan adanya bahan apa saja yang terkandung tanpa merusak fisik produk tersebut. Teknologi ini dalam proses sertifikasi halal memberikan keuntungan, yaitu kepastian data yang didapatkan akan lebih akurat dan tidak membutuhkan banyak biaya.

Secara keseluruhan, penerapan teknologi blockchain dalam industri halal dapat meningkatkan kepercayaan, efisiensi, dan akuntabilitas dalam produksi dan distribusi produk halal. Setelah informasi dicatat di blockchain, informasi tersebut tidak dapat diubah atau dihapus, dan memberikan catatan yang aman dan andal dari seluruh perjalanan produk halal.

Dengan memanfaatkan teknologi blockchain, industri halal dapat menjunjung tinggi nilai-nilai integritas dan kepercayaannya serta menetapkan standar baru untuk transparansi dan akuntabilitas di pasar global. Sifat blockchain yang terdesentralisasi mengurangi risiko penipuan dan gangguan catatan sertifikasi serta menyediakan sistem yang aman dan dapat dipercaya bagi konsumen dan bisnis.

Tingkat transparansi dan akuntabilitas ini membantu membangun fondasi yang lebih kuat untuk industri secara keseluruhan serta mendorong pertumbuhan dan inovasi industri halal di pasar global.

Salah satu perusahaan yang telah menerapkan blockchain di Indonesia, yaitu PT Sreeya Sewu. Data yang sebelumnya diadministrasikan secara manual saat ini telah terintegrasi secara digital melalui blockchain. Konsumen bisa mengakses seluruh informasi terkait proses halal melalui kode QR yang terdapat pada produk perseroan, serta bisa mengakses proses potong ayam secara transparan sesuai syariat Islam yang disyaratkan oleh LPPOM MUI.

Penerapan blockchain untuk industri halal juga termasuk untuk peningkatan keamanan dan transaksi, pengurangan biaya dan waktu transaksi serta peningkatan ketertelusuran produk halal di seluruh rantai pasokan. Selain itu, adanya blockchain nantinya mengurangi beban administrasi dan biaya bisnis sambil mempertahankan tingkat integritas halal tertinggi.

Secara keseluruhan, adopsi teknologi blockchain dalam industri halal merupakan langkah signifikan menuju ekosistem rantai pasokan yang lebih transparan, efisien, dan dapat dipercaya.

Tantangan Blockchain bagi Industri Halal

Selain banyak manfaat mengintegrasikan teknologi blockchain ke dalam industri halal, masih ada tantangan harus diperhatikan. Salah satunya memastikan bahwa semua pemangku kepentingan dalam rantai pasokan halal bersedia dan mampu mengadopsi teknologi blockchain ini.

Resistensi terhadap perubahan, kurangnya keahlian teknis, dan kekhawatiran tentang keamanan dan privasi data adalah hambatan umum yang juga harus diatasi. Selain itu, biaya penerapan teknologi blockchain dan pemeliharaan serta pembaruan yang berkelanjutan dapat menjadi penghalang yang signifikan bagi bisnis halal yang lebih kecil.

Kolaborasi dan kemitraan antara pelaku industri, penyedia teknologi, dan badan pengatur akan sangat penting dalam mengatasi tantangan ini, serta mendorong adopsi teknologi blockchain secara luas di industri halal. Selain itu, komunikasi berkelanjutan dengan pemerintah sebagai penentu kebijakan dan asosiasi industri akan sangat penting dalam menerapkan regulasi blockchain yang berkembang di industri halal. Kerja sama antara pelaku usaha, pemerintah, dan pakar teknologi menjadi kunci dalam mengatasi masalah ini dan memastikan keberhasilan dalam adopsi atau penerapan blockchain di industri halal.

Keberhasilan dalam adopsi teknologi blockchain ini membutuhkan pendekatan yang menyeluruh terhadap kepatuhan dan regulasi. Sangat penting bagi pemangku kepentingan untuk memprioritaskan kepatuhan terhadap peraturan sejak awal dan secara aktif terlibat dengan pemberi kebijakan untuk tetap mendapat informasi tentang setiap perubahan atau pembaruan.

Dengan mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengatasi masalah peraturan dan menjaga transparansi dalam proses kepatuhan, bisnis dapat membangun kepercayaan dengan konsumen dan menunjukkan komitmen mereka terhadap praktik etis di pasar halal. Komunikasi dan kolaborasi yang berkelanjutan dengan pemerintah dan asosiasi industri akan menjadi hal utama dalam membuat peraturan memastikan keberhasilan jangka panjang teknologi blockchain di industri halal. *

Lanjut Membaca

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |