Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) menyelenggarakan Seminar Kebahasaan Antarbangsa Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (Mabbim) di Jakarta, Selasa (28/10). Kegiatan ini merupakan bagian dari peringatan Bulan Bahasa 2025.
Seminar mengangkat tema 'Peranan Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu dalam Diplomasi dan Hubungan Antarbangsa'. Forum ini menjadi wadah untuk memperkuat kerja sama linguistik antara tiga negara serumpun serta memperjelas fungsi bahasa dalam kerja sama pendidikan, budaya, dan hubungan luar negeri.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, menyatakan forum ini diharapkan dapat menghasilkan semangat baru untuk mewujudkan visi kawasan yang kuat dan berdaya saing global. Sejak berdiri, Mabbim telah menjadi wadah koordinasi kebijakan, peristilahan tata bahasa, dan pelestarian bahasa di negara-negara anggota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di tengah arus global dan kemajuan teknologi yang menguat, ketiga negara memiliki peluang besar untuk membangun ekosistem kerja sama kebahasaan yang tangguh dan relevan bagi generasi mendatang. Mulai dari pendidikan, diplomasi publik, hingga standardisasi istilah untuk ilmu pengetahuan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (30/10).
Lebih lanjut, ia menyampaikan tiga pesan penting dalam kebijakan kebahasaan. Pertama, bahasa sebagai mandat konstitusional dan identitas kebangsaan yang memelihara persatuan dan menjaga martabat bangsa.
Kedua, bahasa sebagai infrastruktur pengetahuan melalui keberadaan KBBI, korpus peristilahan, dan standar kemahiran berbahasa untuk meningkatkan mutu pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Ketiga, bahasa sebagai jembatan persahabatan antarbangsa melalui diplomasi kebahasaan, pengajaran BIPA, dan standardisasi bersama yang mempermudah mobilitas dan memperkuat posisi kawasan di tingkat global.
Sementara itu, Kepala Badan Bahasa, Hafidz Muksin, mengatakan seminar Mabbim menjadi momentum untuk mempererat hubungan antara negara-negara serumpun.
Menurutnya, bahasa Indonesia dan bahasa Melayu bukan hanya mencerminkan identitas kebangsaan, tetapi juga menghubungkan peradaban serumpun di Asia Tenggara. Dalam konteks global, kedua bahasa ini memiliki peran penting untuk memperkuat kerja sama regional dan memperluas diplomasi budaya.
"Semoga pertemuan ini semakin memperkuat peran Mabbim sebagai pelopor kerja sama kebahasaan yang berorientasi pada kemajuan bersama. Mari kita jadikan bahasa sebagai pembawa pesan perdamaian dan keadaban," imbuh dia.
Di sisi lain, Pemangku Pengarah Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei Darussalam, Awang Suip bin Haji Abdul Wahab, menilai bahwa Mabbim lahir dari semangat bersama untuk mendukung dan memajukan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu, bahasa resmi, dan bahasa integrasi antarbangsa.
"Mabbim menjadi komponen penting dalam kerja sama kebahasaan, menandakan kesepakatan tiga bangsa serumpun dalam menjadikan bahasa kita sebagai lambang ilmu dan jatidiri bersama," katanya.
Hal senada disampaikan Pengarah Jabatan Pembinaan Bahasa dan Sastera, Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, Tuan Haji Mohd Salahuddin bin Dato' Paduka Mohamed, yang mewakili Hazami bin Jahari. Menurutnya, Mabbim telah mempererat hubungan persahabatan tiga wilayah serumpun dan menegaskan semangat kebersamaan melalui satu bahasa.
"Melalui Mabbim, kita tidak hanya membicarakan bahasa sebagai alat komunikasi, tetapi sebagai bahasa ilmu dan peradaban tinggi yang menjadi jembatan penghubung antarbangsa," ujarnya.
Melalui forum Mabbim 2025, Indonesia, Brunei Darussalam, dan Malaysia menegaskan komitmen untuk menjadikan bahasa sebagai dasar persahabatan, ilmu pengetahuan, dan diplomasi antarbangsa.
Dalam semangat Bulan Bahasa, ketiga negara ini menunjukkan bahwa bahasa bukan hanya warisan budaya, tetapi juga kekuatan yang mempererat hubungan regional dan memperkuat posisi kawasan di tingkat global.
(rir)

6 hours ago
2

















































