Pemanfaatan Internet dan Sosial Media pada Krisis Kepercayaan Kehalalan UMKM. (Foto: Okezone.com/Freepik)
JAKARTA - Dalam dunia yang semakin terhubung melalui teknologi digital, krisis yang melibatkan sebuah merek atau organisasi dapat tersebar dengan cepat melalui internet dan media sosial. Salah satu contoh yang dapat dianalisis adalah kasus bakso Afung, sebuah restoran yang menghadapi krisis komunikasi ketika seorang influencer mengunggah video yang menunjukkan dirinya membawa kerupuk babi ke restoran mereka.
Mengingat karakteristik audiens bakso Afung yang mayoritas adalah konsumen Muslim, kejadian ini dapat berpotensi besar merusak reputasi mereka. Oleh karena itu, strategi komunikasi krisis yang tepat, terutama dengan pemanfaatan internet dan media sosial, menjadi sangat penting dalam merespons dan memitigasi dampak dari krisis ini.
Dalam analisis ini, kita akan mengevaluasi bagaimana bakso Afung menggunakan strategi komunikasi krisis, terutama melalui media sosial dan internet, untuk mengelola krisis yang disebabkan oleh insiden tersebut. Kami juga akan mengaitkan dengan teori-teori komunikasi krisis dan memberikan penilaian terhadap keberhasilan strategi yang diterapkan.
Krisis ini muncul ketika seorang influencer yang sangat dikenal di media sosial mengunggah video yang menunjukkan dirinya membawa kerupuk babi ke bakso Afung.
Meskipun tidak ada bukti bahwa kerupuk tersebut disediakan oleh bakso Afung, insiden ini menimbulkan kontroversi besar karena adanya keterkaitan dengan isu kehalalan makanan. Isu ini menyebar dengan sangat cepat, terutama di kalangan konsumen Muslim yang merupakan mayoritas pelanggan bakso Afung.
Faktor utama yang membuat ini menjadi krisis adalah:
● Kepercayaan Publik terhadap Kehalalan: bakso Afung dikenal sebagai restoran yang mengutamakan kehalalan dalam penyajian makanan.
● Pengaruh Media Sosial: Video influencer yang viral mempercepat penyebaran krisis dan menarik perhatian banyak audiens.
● Sensitivitas Agama: Isu terkait kehalalan makanan sangat sensitif di Indonesia, khususnya bagi komunitas Muslim, sehingga ini bisa mengancam citra merek.
Pemanfaatan Media Sosial dalam Krisis
Pada saat krisis ini mulai berkembang, media sosial menjadi saluran utama untuk merespons dan mengelola komunikasi. Pemanfaatan internet dan media sosial sangat penting untuk mengurangi dampak negatif dan mengendalikan narasi yang berkembang. bakso Afung dapat menggunakan beberapa langkah berikut:
1. Pengakuan dan Permintaan Maaf di Media Sosial
Segera setelah krisis mencuat, bakso Afung perlu mengeluarkan pernyataan permintaan maaf yang transparan dan langsung melalui platform media sosial mereka seperti Instagram, Twitter, dan Facebook.
Tanggapan:
"Kami sangat menyesal atas insiden yang terjadi baru-baru ini. Kami ingin mengonfirmasi bahwa kejadian tersebut tidak terkait dengan kebijakan kami dalam menyajikan makanan halal. Kami akan segera meninjau dan memperbaiki prosedur kami untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang."
Permintaan maaf yang cepat, jelas, dan tulus sangat penting untuk meredakan amarah publik. Media sosial menjadi saluran yang ideal untuk mencapai audiens yang lebih luas dalam waktu singkat.
2. Menangani Spekulasi dan Rumor
Setelah kejadian tersebut, banyak spekulasi dan rumor beredar mengenai kehalalan produk bakso Afung. Untuk menghindari misinformasi, bakso Afung perlu menggunakan media sosial untuk memberikan klarifikasi yang cepat dan akurat.
Taktik:
bakso Afung bisa mengeluarkan video klarifikasi atau live streaming untuk menjelaskan kebijakan mereka mengenai kehalalan dan memperkenalkan langkah-langkah perbaikan yang sudah diambil. Bakso A Fung membagikan video penghancuran peralatan makan demi menjaga sertifikasi halal yang telah dimiliki. Dalam video itu terlihat pegawai Bakso A Fung mengemasi peralatan makan berupa mangkuk ke dalam kardus lalu dibawa keluar area restoran. Kemudian satu per satu mangkuk dipecahkan oleh para pegawai dengan menggunakan palu. Video lain memperlihatkan pegawai Bakso A Fung mengganti mangkuk tersebut dengan yang baru.
3. Komunikasi Dua Arah dengan Audiens
Salah satu keuntungan terbesar dari media sosial adalah kemampuan untuk berkomunikasi dua arah. bakso Afung perlu mengaktifkan engagement dengan pengikut mereka, menjawab pertanyaan, dan menanggapi keluhan secara terbuka. Ini akan membantu untuk mengurangi ketegangan dan membangun kembali kepercayaan.
Taktik:
Menggunakan Instagram Stories untuk memberikan update real-time, atau Twitter untuk merespons langsung pertanyaan dari pengikut mereka.
Tindakan Preventif dan Korektif
1. Tindakan Korektif yang Nyata
Setelah permintaan maaf, bakso Afung harus segera melaksanakan tindakan korektif yang nyata untuk menunjukkan komitmen mereka dalam memperbaiki situasi dan mencegah insiden serupa. Tindakan ini bisa mencakup:
● Audit Kehalalan: Mengundang Majelis Ulama Indonesia (MUI) atau lembaga sertifikasi halal lainnya untuk memverifikasi seluruh proses penyediaan makanan dan memastikan kehalalan produk yang disajikan.
● Pelatihan untuk Staf: Menyelenggarakan pelatihan ulang bagi staf restoran terkait dengan prosedur pengelolaan bahan makanan halal.
2. Membangun Kembali Reputasi
Setelah melakukan tindakan perbaikan, bakso Afung perlu menggunakan media sosial untuk membangun kembali reputasi mereka. Mereka bisa melakukan kampanye pemasaran yang menonjolkan komitmen mereka terhadap kehalalan dan kualitas produk.
● Contoh Kampanye:
Meluncurkan kampanye dengan hashtag seperti #baksoAfungHalal untuk mengedukasi audiens tentang komitmen mereka dalam menyediakan makanan yang sesuai dengan standar halal.