Resensi Buku: Kisah Penyelamatan Bank Bukopin

23 hours ago 6
Penulis Rivan Achmad Puwantono adalah penutur yang baik dan berpengalaman di bidangnya. Membaca buku ini seperti belajar banyak hal tentang indsutri perbankan yang bisa mengalami ancaman gagal. Pembahasan dalam buku ini terasa padat ilmu pengetahuan sesuai keilmuan dan pengalaman yang dimiliki Rivan. (Dok/SH.ID)

SinarHarapan.id – Setiap terjadi kriris ekonomi dunia, potensi “bank gagal”selalu menghantui. Buku berjudul Melawan Bank Gagal membuka cakrawala pemahaman tentang proses penyelamatan sebuah bank di Indonesia: Bank Bukopin.

Bank ini terdampak krisis ekonomi dunia sebagai dampak ikutan pandemi Covid-19. Rivan Achmad Purwantono, Direktur Utama Bank Bukopin kala itu, adalah tokoh utama dalam proses penyelamatan Bank Bukopin.

Dengan rentang pengalaman panjang selama 30 tahun di dunia perbankan, sungguh patut Rivan didapuk sebagai nakhoda Bank Bukopin untuk keluar dari kemelut. Dan, di buku ini, Rivan mencoba menjabarkan secara lebih runut, padu, dan rinci proses penyelamatan Bank Bukopin. Rivan mengajak pembaca menelusuri pengalamannya dalam melakukan tindakan tegas, terukur, dan cepat sebelum terjadi penyesalan.

Buku ini menekankan pentingnya kolaborasi dalam mencari solusi menghadapi krisis, saling menguatkan untuk membangun kepercayaan, dan memberikan apresiasi pada setiap komponen yang terlibat memberikan kelancaran dalam proses penyelamatan.

Rivan juga ingin menampilkan aspek leadership dalam krisis. Bagi Rivan, sosok pemimpin lembaga tidak boleh merasa paling berjasa maupun rendah diri dalam proses keluar dari masalah.

Rivan berhasil membawa Bank Bukopin selamat dari kemelut dan melakukan re-branding dengan nama Bank KB Bukopin. Pada buku ini, Rivan mengisahkan tentang apa dan siapa pemegang saham terbesar di balik berjalannya bisnis Bank KB Bukopin, yaitu Bosowa Corporindo dan Kookmin Bank yang berbasis di Korea Selatan.

Buku ini juga membuat pembaca menjadi tahu apa dan siapa pemegang saham terbesar di balik berjalannya bisnis Bank KB Bukopin, yaitu Bosowa Corporindo dan Kookmin Bank yang berbasis di Korea Selatan.

Masuknya Kookmin Bank sebagai pemegang saham pengendali (PSP) di Bank KB Bukopin melalui right issue dalam Penawaran Umum Terbatas (PUT) IV selaku stand by buyer membeli sebanyak 2.563.000.000 lembar atau sebanyak 94,02% dan resmi menjadi PSP Bank KB Bukopin pada PUT V melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) dengan menyerap 2,97 lembar saham baru. Bosowa Corporindo menyerap 1,09 lembar saham baru.

PUT V terbukti menarik minat pemegang saham dengan adanya kelebihan nominal pesanan (oversubscribe)hingga dua kali lipat. Dengan selesainya PUT V, Bank KB Bukopi mendapatkan dana segar Rp838 miliar dengan komposisi pemegang saham berubah menjadi 33,90% dimiliki KB Kookmin Bank, 23,40% dimiliki Bosowa Corporindo, pemerintah Indonesia memiliki 6,3%, dan publik sebanyak 36,33%.

Bosowa sendiri pernah melakukan gugatan kepada OJK terkait proses akuisisi Bank Bukopin yang dilakukan KB Kookmin Bank karena merasa sebagai korporasi yang dilindungi UU dilanggar OJK. Namun, proses tetap berjalan elegan dan smooth, demi independensi selama proses PUT dilakukan.

Pada bagian awal buku, Rivan menjabarkan tentang performa yang dihasilkan perbankan tidak bisa lepas dari peran seluruh pemangku kepentingkan, mulai dari pemegang saham, manajemen, regulator, hingga kepercayaan masyarakat. Manajemen yang diisi oleh para bankir profesional dan berintegritas menjadi kunci uatama bank dikelola secara prudent, dengan menerapkan prinsip good corporate governance.

Ketika bisnis perbankan mampu melewati kesulitan dengan cara yang baik, setiap yang terlibat akan ikut menikmati hasilnya. Setiap fase yang sudah dilewati mampu menjadi pelajaran berharga dan memahamkan mereka bahwa dinamika bisnis yang berjalan membutuhkan profil-profil yang adaptatif.

Rivan juga mengisahkan kondisi industri perbankan di Indonesia tumbuh dengan sehat, baik dari sisi aset maupun laba hingga catatannya pada 2022, dan hanya sesaat mengalami kontraksi akibat pandemi Covid-19 pada 2020. Saat itu, para debitur berbondong-bondong mengajukan “pengampunan” kredit. Salah satunya melalui restrukturisasi kredit.

Pada 2020 itu pula, Bank Bukopin mengalami “pendarahan” karena diserbu rush hingga mengalami gagal kliring pada 15 Maret 2020. Alhasil, pemerintah menyatakan bahwa Bank Bukopin harus diselamatkan tanpa harus menggunakan dana APBN. Di sinilah kisah kecakapan pemimpin dalam aksi tanggap darurat dibutuhkan melalui kolaborasi semua pihak sebagai pemangku kepentingan.

Menarik untuk mengikuti rekam jejak penyelamatan Bank Bukopin ini melalui bahasa yang jelas, lugas, dan mengalir. Banyak ilmu yang penulis bagikan dalam proses penyelamatan bank “nyaris” gagal ini.

Satu hal yang juga tak kalah menarik adalah penerapan prinsip yang disebut Rivan sebagai ICAN (Integrity, Competency, Care, Accountability, dan Never give-up). Ketika budaya kerja itu dijalankan dengan sebenar-benarnya, kepercayaan masyarakat dan nasabah akan kuat dan semakin menguat.

Penulis adalah penutur yang baik dan berpengalaman di bidangnya. Membaca buku ini seperti belajar banyak hal tentang indsutri perbankan yang bisa mengalami ancaman gagal. Pembahasan dalam buku ini terasa padat ilmu pengetahuan sesuai keilmuan dan pengalaman yang dimiliki Rivan.

Buku ini layak dijadikan referensi bagi para bankir, pemimpin perusahaan, calon-calon pemimpin perusahaan, maupun akademisi. Pengalaman dalam mengelola perusahaan melalui masa-masa krusial, begitu berharga dan bermanfaat untuk dapat mendekatkan teori-teori manajemen perusahaan dengan aplikasinya di dunia bisnis yang nyata.  (Oleh: Rialini N.R, Wartawan sinarharapan.id)

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |