Review Film: Janur Ireng, Sewu Dino The Prequel

4 hours ago 1

Janur Ireng memang tampil lebih berani dari Sewu Dino, tapi ada hal yang terasa tidak pas di dalamnya.

Jakarta, CNN Indonesia --

Setelah menyaksikan Janur Ireng: Sewu Dino The Prequel, saya jadi bertanya-tanya, bagaimana tim kreatif menentukan atau mengembangkan semesta Sewu Dino ini dan menentukan mana yang prekuel dan mana yang sekuel?

Bagi saya, Janur Ireng: Sewu Dino The Prequel ini menjadi sebuah sajian yang berbeda. Alih-alih prekuel yang terikat langsung dengan Sewu Dino (2023), saya lebih berat melihatnya sebagai standalone prequel atau bahkan mungkin spin-off.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukan berarti tidak ada kaitan dengan film sebelumnya, tapi naskah yang ditulis kembali oleh Khalid Kashogi dan dibantu oleh sutradara Kimo Stamboel ini saya lihat memiliki pusat cerita yang berbeda dengan Sewu Dino.

Bila pada Sewu Dino, pusat cerita berada Sri yang diperankan oleh Mikha Tambayong dan Sabdo (Marthino Lio) hanya berperan sebagai pembantu. Namun kali ini Janur Ireng berpusat pada Sabdo.

Memang tetap ada beberapa pemain dan karakter yang sama, seperti yang diperankan oleh Rio Dewanto dan Karina Suwandi, yang justru menurut saya adalah yang paling layak untuk menjadi lini masa utama semesta Sewu Dino alih-alih kisah Sabdo.

Apa yang diperbuat oleh Sabdo memang jadi masalah dan cerita utama yang dialami oleh Sri. Namun bagi saya, menjadikan Sabdo sebagai cerita utama di Janur Ireng juga tidak menjawab secara signifikan permasalahan pada semesta Sewu Dino.

 Sewu Dino The PrequelReview film Janur Ireng: Sewu Dino The Prequel: naskah yang ditulis kembali oleh Khalid Kashogi dan dibantu oleh sutradara Kimo Stamboel ini memiliki pusat cerita yang berbeda dengan Sewu Dino. (dok. MD Pictures via IMDb)

Ini persis dengan yang saya rasakan dengan The Conjuring Universe, ketika pecahan-pecahan ceritanya berkembang dengan ceritanya masing-masing yang seringkali terlihat dipaksa untuk nyambung dengan lini masa utama pasangan The Warrens.

Maka tidak heran kisah saga Annabelle dan The Nun tidak benar-benar terasa terhubung dengan saga The Conjuring dan hanya terasa sebagai cerita background serta pelengkap kengerian perjalanan Ed dan Lorraine Warren.

Meski begitu, saya mengakui bahwa naskah yang ditulis oleh Khalid dan Kimo untuk Janur Ireng ini jauh lebih berani dibanding naskah Sewu Dino. Bagi mereka yang menyukai violence scenes dan gore, sudah pasti adrenalinnya akan meletup-letup saat melihat Janur Ireng.

Sementara bagi saya yang lebih menyukai bagian horor supranatural, jauh lebih menarik melihat adegan yang membuat saya terkenang pada film legendaris The Exorcist (1973) serta ritual yang lebih gelap dibanding sebelumnya.

Dalam Janur Ireng, Kimo juga lebih berani dalam mengeksekusi dan menyajikan jumpscare. Pemilihan dan pengaturan latar lokasi saya akui cukup membantu membangun kesan rumah keluarga kaya yang angker.

Sayangnya saya tidak begitu merasakan ada kesamaan suhu antar pemain dalam Janur Ireng. Meski bukan jadi pusat cerita dan hanya memiliki sejumlah adegan, Karina dan Rio justru terlihat lebih memiliki medan gravitasi yang kuat dibanding pemain lainnya.

 Sewu Dino The PrequelReview film Janur Ireng: Sewu Dino The Prequel: Meski bukan jadi pusat cerita dan hanya memiliki sejumlah adegan, Karina dan Rio justru terlihat lebih memiliki medan gravitasi yang kuat dibanding pemain lainnya. (dok. MD Pictures via IMDb)

Sementara Marthino yang sebenarnya memiliki peluang lebih banyak dalam memimpin cerita, sayangnya melewatkan kesempatan tersebut. Entah karena rambut poni kakunya yang mengganggu di mata saya atau karena faktor cerita, saya tidak merasakan energi yang sama seperti aksinya di Sewu Dino.

Pemilihan Tora Sudiro juga saya rasa kurang pas dengan karakter Arjo Kuncoro yang berada di pusat cerita bersama Sabdo. Tora lebih terlihat menyimpan usaha untuk tidak melawak di depan kamera alih-alih menyimpan rahasia kelam soal keluarganya.

Maka dari itulah, terlepas dari cerita asli versi SimpleMan, saya merasa semesta Sewu Dino justru akan lebih menarik dan lebih bermakna bila cerita utamanya mengikuti Sugik dan Karsa, yang jelas-jelas menjadi saksi dan ada di balik kisah Trah Pitu yang misterius.

Naskah yang ditulis Khalid dan Kimo dalam Janur Ireng memang lebih berani, tapi tidak cukup membuat saya puas dan menjawab segala pertanyaan berkaitan dengan misteri dalam semesta Sewu Dino, segala ilmu hitam yang diangkat jadi judul cerita, serta drama antar member Trah Pitu yang sejatinya adalah masalah inti di balik semua ini.

Apakah memang hal itu disengaja untuk menjadi sumber cerita film selanjutnya, saya tidak tahu. Namun yang pasti, bila Sewu Dino ini masih akan dikembangkan lagi, perlu konsep yang benar-benar matang terkait keterkaitan ceritanya sehingga benar-benar bermakna dan layak disebut prekuel atau pun sekuel.

[Gambas:Youtube]

(end)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |