Suhu Area Kawah Gunung Lewotobi Laki-Laki Meningkat dan Berpotensi Meletus

6 hours ago 4

Joni Nura , Jurnalis-Minggu, 20 Juli 2025 |09:35 WIB

Suhu Area Kawah Gunung Lewotobi Laki-Laki Meningkat dan Berpotensi Meletus

Suhu area kawah Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, meningkat/Foto: Joni Nura-Okezone

FLORES TIMUR – Suhu area kawah Gunung Lewotobi Laki-Laki meningkat dan berpotensi meletus kembali. Warga diminta meninggalkan lokasi sekitar untuk menghindari keadaan bahaya.

Kepala Badan Geologi, Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, mengatakan dalam dua hari terakhir asap di puncak Gunung Lewotobi Laki-Laki tampak lebih tipis dibandingkan sebelumnya. Kemudian, pada malam hari terlihat sinar api samar di sekitar kawah.

Secara visual, teramati aktivitas pelepasan gas berupa uap air bertekanan yang membentuk asap putih tipis. “Mengindikasikan adanya peningkatan suhu di area kawah,” kata Wafid dalam keterangan resmi, Minggu (20/7/2025).

Wafid mencatat data kegempaan dari tanggal 17–18 Juli 2025 hingga pukul 06.00 WITA, terdapat 1 kali guguran, 8 kali gempa hembusan, 6 kali gempa harmonik, 27 kali gempa tremor non-harmonik, 12 kali gempa low frequency (LF), 21 kali gempa vulkanik dalam, dan 18 kali gempa tektonik jauh.

Sementara itu, berdasarkan data seismik, terdapat peningkatan aktivitas gempa low frequency dan gempa vulkanik dalam. Peningkatan itu menunjukkan adanya suplai magma serta kenaikan tekanan gas dari kedalaman menuju bagian yang lebih dangkal.

Hasil pemantauan Global Navigation Satellite System (GNSS) menunjukkan pola inflasi yang terjadi sejak lima hari terakhir hingga saat ini. Pola ini mengindikasikan adanya migrasi magma dari kedalaman menuju zona yang lebih dangkal.
Indikasi tersebut diperkuat oleh tren kenaikan data tiltmeter selama satu minggu terakhir. Artinya, inflasi terjadi lebih dekat ke kawah, yakni pada radius sekitar 4 kilometer dibandingkan dengan stasiun GNSS yang berjarak 6,5 kilometer dari kawah.

“Kombinasi kedua data deformasi ini mengindikasikan adanya peningkatan tekanan dalam konduit akibat suplai magma baru. Kondisi ini berpotensi mengarah pada terjadinya erupsi eksplosif atau aliran lava.”

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |