
Kabid Binpres PBSI, Eng Hian. (Foto: Bagas Abdiel/Okezone)
JAKARTA - Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PBSI, Eng Hian, secara terbuka mengakui federasi kini akan lebih banyak mengandalkan pemain muda. Kebijakan ini diambil sebagai langkah darurat demi menyelamatkan bulu tangkis Indonesia yang terancam mengalami kemerosotan prestasi akibat hilangnya satu generasi pelapis.
1. Penurunan Performa dan Hilangnya Generasi Pelapis
Eng Hian menjelaskan pada awalnya, PBSI masih mengandalkan pemain senior seperti Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, dan Gregoria Mariska Tunjung untuk meraih prestasi. Namun, seiring berjalannya waktu, terjadi penurunan performa yang didorong oleh berbagai faktor.
Bahkan, Jojo –sapaan akrab Jonatan– telah memutuskan hengkang dari Pelatnas dan menjadi pemain profesional pada pertengahan 2025 ini.
"Kami masih mengharapkan prestasi pada pemain senior seperti Jonatan Christie, Anthony Ginting, Fajar/Rian, Gregoria Mariska. Tapi di perjalanan itu, ternyata performa mereka sedang menurun entah karena usia atau status sosial," ungkap Eng Hian saat ditemui Okezone di Pelatnas PBSI Cipayung, dikutip Sabtu (1/11/2025).
Eng Hian merasa faktor non-teknis seperti pernikahan juga memengaruhi konsistensi pemain senior. Jadi, ia merasa PBSI perlu tak terlalu mengandalkan pemain senior.
Jonatan Christie juara Denmark Open 2025. (Foto: PBSI)
" Setelah menikah, mungkin ada beberapa hal yang harus dijaga. Kondisi istri sedang hamil, tiba-tiba dia tidak bisa konsisten ke sini (pelatnas). Karena kita terlalu mengandalkan senior ini, yang generasi emas ini, kita lupa Ginting, Fajar, Jonatan sudah mau usia 30," tambahnya.
Eng Hian menyadari satu generasi di bawah para pemain senior ini telah kosong, sehingga ketika pemain utama menurun, tak ada pelapis berikutnya yang siap diandalkan, menyebabkan prestasi nasional ikut merosot.
2. Akselerasi Pemain Muda
Kekosongan generasi di rentang usia 25-27 tahun ini memaksa PBSI mengambil tindakan cepat. Salah satunya adalah mengandalkan para pemain di bawah 20 tahun.
"Yang usia 25, 26, 27 ini pada ke mana? Kosong. Sekarang mau enggak mau naikkan yang usianya 18, 19, 20, hampir semua sektor begitu," tegas Eng Hian.


















































