Tak Laris Seperti Emas, Kenapa Masyarakat Justru Jual Dolar AS?

6 days ago 6

CNN Indonesia

Rabu, 16 Apr 2025 16:57 WIB

Analis menilai ketidakpastian kondisi global dan perang dagang yang dimulai AS pun menjadi pertimbangan masyarakat dalam mempertimbangkan beli dolar. Analis menilai ketidakpastian kondisi global dan perang dagang yang dimulai AS pun menjadi pertimbangan masyarakat dalam mempertimbangkan beli dolar. (Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Jakarta, CNN Indonesia --

Masyarakat Indonesia tidak ramai-ramai memborong dolar AS seperti emas batangan. Padahal, dua aset investasi safe haven itu nilainya sedang merangkak naik sejak serangan tarif dagang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump awal bulan ini.

Teller senior DolarAsia Money Changer di Jakarta, Vicky Reynaldi menyebut tidak ada peningkatan signifikan pembelian dolar AS. Jumlah dan nilai transaksi dolar AS cenderung stabil meskipun kurs terus naik tiga bulan terakhir.

"Untuk transaksinya sih sama saja ya. Beda sih marketnya emas dengan dolar AS," kata Vicky saat ditemui CNNIndonesia.com di gerai DolarAsia Money Changer Melawai, Jakarta Selatan, Selasa (15/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menjelaskan rata-rata menangani 120 transaksi di gerai itu pada sif 09.00-17.00 WIB. Total transaksi per hari bisa lebih tinggi karena gerai DolarAsia Melawai beroperasi 24 jam.

Meski demikian, Vicky melihat ada kecenderungan orang menambah penjualan dolar AS. Dia tak bisa merinci detail transaksi, hanya memberi contoh umum.

"Mungkin kayak kuantitinya saja mungkin yang ada perubahan. Biasanya cuma US$5.000-US$7.000, jadi US$10 ribu-US$15 ribu karena harga lagi naik," kata Vicky

"Karena harganya memang lagi tinggi, dia paling tinggi saat ini," ujarnya.

Per Selasa (15/4), kurs beli di gerai DolarAsia Rp16.820 per dolar AS. Adapun kurs jual Rp16.790 per dolar AS.

Analis mata uang PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menilai fenomena ini sebagai bentuk ketidakpercayaan masyarakat Indonesia terhadap dolar AS.

Lukman mengatakan masyarakat melihat ketidakpastian kondisi global saat ini. Perang dagang yang dimulai AS pun menjadi pertimbangan masyarakat dalam menentukan aset investasinya.

"Iya dolar sedang tinggi, namun prospek ke depannya tidak bagus," ujar Lukman kepada CNNIndonesia.com.

"Walau rupiah cenderung masih lemah terhadap dolar AS, namun saat ini memegang dolar AS bukanlah investasi yang tepat," ucapnya.

Lukman menilai masyarakat mencari aset investasi yang lebih aman. Saat ini, emas atau beberapa mata uang asing menjadi pilihan.

"Pada umumnya memindahkannya ke emas atau mata uang safe haven lain, seperti CHF (Franc Swiss) dan JPY (yen Jepang)," ucapnya.

[Gambas:Video CNN]

(dhf/pta)

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |