Trump Terima Netanyahu di Gedung Putih, Bicarakan Gaza dan Tarif Impor

7 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyambut tamunya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih, Washington, Senin (7/4) pekan ini.

Dalam pertemuan itu, mereka membicarakan soal perang di Gaza hingga penerapan lonjakan tarif impor untuk Israel.

Trump mengaku dia ingin perang di Gaza dihentikan, dan berharap itu bisa terjadi dalam waktu dekat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sesungguhnya ingin melihat perang berhenti, dan saya pikir perang akan berhenti pada beberapa poin, yang mana itu tak akan terjadi di waktu yang lebih lama lagi," kata Trump seperti dikutip dari Reuters.

Trump dan Netanyahu berbicara dengan wartawan di Gedung Putih setelah keduanya menjalin komunikasi bilateral di Ruang Oval.

Netanyahu mengatakan usai gencatan senjata pada Januari lalu berujung pembebasan sandera dari Hamas. Dia berharap kesepakatan lain akan melanjutkan pembebasan tahanan yang disandera Hamas pada Oktober 2023 lalu. Bukan hanya itu, Netanyahu terang-terangan ingin menanggalkan kekuasaan Hamas di Gaza.

"Kami berkomitmen untuk membebaskan semua sandera, tetapi juga menghilangkan tirani jahat Hamas di Gaza dan memungkinkan warga Gaza bebas menentukan pilihan untuk pergi ke mana pun mereka inginkan," ujar Netanyahu.

Sebelumnya, pada Senin tersebut, Trump mengatakan kemungkinan kehadiran pasukan perdamaian seperti dari AS di Gaza. Pasukan itu akan mengendalikan Jalur Gaza jadi lebih baik. Dia pun sekali lagi melontarkan gagasan bahwa warga Gaza bisa dipindahkan ke negara lain dulu.

Netanyahu pun mengaku mendukung gagasan Trump tersebut. Di sisi lain, gagasan Trump itu sebelumnya ditolak masyarakat global karena dituding sebagai upaya penghapusan etnis (ethnic cleansing).

Sementara itu, mengutip dari Aljazeera, pada Senin ini agresi Israel ke wilayah Palestina masih terjadi. Bukan hanya di Gaza, pasukan Israel (IDF) juga melakukan operasi di wilayah pendudukan, Tepi Barat.

Bukan hanya warga Palestina, Aljazeera melaporkan serangan Israel juga menargetkan jurnalis dan tenaga medis.

Sudah lebih dari 200 jurnalis dan pekerja media tewas oleh serangan tentara Israel sejak 2023 silam. Aktivis menuding, Israel menargetkan jurnalis karena tak ingin situasi di Gaza maupun Tepi Barat diberitakan.

"Tidak ada yang baru dalam kejahatan pendudukan Israel terhadap jurnalis," kata Jad Shahrour, juru bicara Yayasan Samir Kassir, kepada Al Jazeera. "Israel sengaja mengebom jurnalis karena tidak ingin ada yang melaporkan situasi tersebut."

Pada Senin lalu IDF disebut di antaranya melakukan operasi di Nablus, Tepi Barat dan di Deir al-Balah, Gaza.

Pasukan Israel telah menembakkan gas air mata ke arah penduduk desa selama penyerbuan di Beita, di sebelah selatan kota Nablus, Tepi Barat. Kantor berita Palestina, Wafa, melaporkan beberapa warga Palestina dirawat di tempat kejadian setelah penyerbuan tersebut.

Bahkan beberapa ada yang ditahan Israel dalam penyergapan tersebut.

Kemudian di Deir el-Balah, setidaknya ada dua warga Palestina tewas dan banyak yang terluka dalam serangan Israel ke sebuah rumah di bagian selatan wilayah itu.

Sedikitnya 46 warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel di Gaza sejak matahari terbit pada hari tersebut.

(reuters, aljazeera/kid)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |