Xi Jinping Punya Senjata Sakti Kalahkan Perang Dagang Trump, Apa Itu?

6 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden China Xi Jinping memiliki senjata ampuh untuk melawan perang dagang yang dilancarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap negaranya.

Senjata itu adalah rantai pasokan logam tanah jarang atau rare earth elements.

Logam tanah jarang adalah kelompok logam yang tidak umum ditemukan dalam jumlah besar di kerak bumi dan memiliki nilai strategis tinggi karena sifat fisik dan kimianya yang unik. Logam ini banyak digunakan dalam teknologi canggih, elektronik, dan kendaraan listrik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasokan logam ini sebenarnya melimpah dan dapat ditemukan di banyak negara, termasuk AS. Namun, logam ini sulit, mahal, dan bisa mencemari lingkungan jika diekstraksi dan diproses.

Melansir CNN, Badan Energi Internasional (International Energy Agency) mencatat China menyumbang 61 persen dari produksi tambang logam tanah jarang global.

Tapi, Negeri Tirai Bambu itu menguasai 92 persen pemrosesan logam tanah jarang dari total output global.

Maka tak heran, AS dan negara-negara lain telah bergantung pada pasokan logam tanah jarang yang telah diproses oleh Beijing dalam beberapa dekade terakhir.

Kini di tengah tarif Trump kepada China, Xi Jinping menjadikan logam tanah jarang sebagai senjata.

Pada 4 April lalu, pemerintah China menetapkan pembatasan ekspor terhadap tujuh jenis logam tanah jarang sebagai balasan atas tarif resiprokal yang diberlakukan Trump terhadap barang-barang China.

[Gambas:Video CNN]

Lewat kebijakan baru ini, semua perusahaan harus dapat izin dari pemerintah sebelum mengekspor ketujuh jenis mineral tersebut, serta produk-produk terkait seperti magnet.

Padahal magnet yang terbuat dari logam tanah jarang sendiri memungkinkan pembuatan motor dan generator yang lebih kecil dan efisien, yang digunakan dalam smartphone, mesin mobil dan jet, serta mesin MRI.

Magnet ini juga merupakan komponen penting dalam berbagai senjata bernilai tinggi, mulai dari jet tempur siluman F-35 hingga kapal selam serang bertenaga nuklir.

"Ini adalah cara China menunjukkan bahwa mereka bisa menggunakan kekuatan ekonomi secara luar biasa dengan cara yang strategis dan sangat terarah, benar-benar menyerang industri Amerika tepat di titik lemahnya," kata Justin Wolfers, profesor ekonomi dan kebijakan publik di University of Michigan.

Sementara itu, Trump pada Selasa kemarin memerintahkan penyelidikan terhadap kemungkinan pengenaan tarif pada mineral-mineral penting termasuk logam tanah jarang untuk mengevaluasi dampak kebijakan China tersebut terhadap keamanan dan ketahanan AS.

"Ketergantungan Amerika Serikat pada impor dan rentannya rantai pasokan kita meningkatkan potensi risiko terhadap keamanan nasional, kesiapan pertahanan, stabilitas harga, serta kemakmuran dan ketahanan ekonomi," kata Trump dalam perintah eksekutifnya.

Saat ini, dampak dari kontrol ekspor Beijing sudah terasa langsung di lapangan. Konsultan magnetik dan logam JOC, John Ormerod, mengatakan bahwa pengiriman magnet tanah jarang milik setidaknya lima perusahaan Amerika dan Eropa telah dihentikan di China sejak diberlakukannya aturan ketat tersebut.

"Mereka terkejut, jadi ada banyak kebingungan di pihak mereka, dan mereka membutuhkan klarifikasi dari otoritas mengenai apa saja yang dibutuhkan (untuk mendapatkan izin ekspor yang diperlukan)," katanya.

Sejak pemerintahan Trump yang pertama, AS telah berusaha mengejar ketertinggalan dan membangun rantai pasokan logam tanah jarang domestiknya sendiri.

Tiga perusahaan industri logam tanah jarang AS mengatakan bahwa mereka sedang dalam proses memperluas kapasitas produksi dan mencari sumber bahan baku dari sekutu dan mitra AS.

Namun, upaya-upaya tersebut akan memakan waktu bertahun-tahun untuk memenuhi permintaan besar dari industri-industri utama AS.

Trump sendiri menetapkan tarif 145 persen pada barang-barang China yang akan masuk ke AS, naik dari pengumuman sehari sebelumnya sebesar 125 persen.

Melalui pernyataan pada Kamis (10/4) waktu setempat, Gedung Putih menuturkan tarif "resiprokal" sebesar 125 persen untuk China yang diumumkan Presiden Donald Trump kemarin itu di luar tarif 20 persen yang sudah lebih dulu diberlakukan.

(fby/agt)

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |