Benarkah Perempuan Lebih Kuat Menahan Sakit Dibanding Pria? (Foto: Freepik)
JAKARTA - Perempuan dikenal memiliki kemampuan luar biasa dalam menghadapi rasa sakit, baik secara fisik maupun mental. Secara umum, perempuan memang dianggap lebih tangguh dalam mentoleransi berbagai bentuk rasa sakit yang mereka alami. Mulai dari nyeri menstruasi, proses melahirkan, hingga beban emosional yang menjadi bagian dari keseharian mereka.
Dalam sebuah video TikTok yang diunggah oleh akun @rancul_, Rani memaparkan hasil riset yang ia cari, bahwa secara biologis, hormon estrogen pada perempuan berperan dalam mempengaruhi reseptor nyeri serta meningkatkan produksi endorfin alami. Terutama dalam kondisi tertentu seperti persalinan, yang berdampak pada peningkatan toleransi terhadap rasa sakit.
Rani menambahkan bahwa ketahanan terhadap nyeri tidak hanya ditentukan oleh jenis kelamin, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor genetik, pengalaman, dan kebiasaan. Inilah yang memperkuat bahwa perempuan cenderung memiliki toleransi nyeri yang lebih tinggi, karena faktanya setiap bulan perempuan mengalami menstruasi yang disertai rasa nyeri.
Pengalaman bulanan ini membuat mereka terbiasa dan secara tidak langsung melatih daya tahan terhadap rasa sakit. Sementara itu, kadar hormon estrogen yang dimiliki oleh laki-laki tidak sebanyak perempuan.
Penelitian Terkait
Pernyataan bahwa perempuan lebih sensitif terhadap rasa sakit bukan sekadar anggapan, melainkan telah dikonfirmasi oleh berbagai penelitian ilmiah, seperti University of Florida pada tahun 2009, yang melakukan tinjauan literatur secara besar-besaran terhadap berbagai studi mengenai rasa nyeri. Hasilnya, ditemukan bahwa perempuan memang memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap nyeri dibandingkan laki-laki.
Temuan serupa juga muncul dari penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Stanford pada tahun 2012. Mereka menganalisis lebih dari 11.000 catatan medis dan menemukan bahwa perempuan cenderung merasakan nyeri dengan intensitas yang lebih tinggi. Rata-rata skor nyeri yang dialami perempuan lebih tinggi sekitar satu poin dalam skala 1–10, yang dalam dunia medis dianggap cukup besar.
Selain itu, studi yang dipublikasikan dalam German Medical Science tahun 2012 juga mendukung hasil tersebut. Penelitian ini mengamati bagaimana pria dan wanita merespons tekanan fisik yang dirasakan. Hasilnya menunjukkan bahwa perempuan lebih peka terhadap nyeri mekanis, yakni jenis nyeri yang timbul akibat tekanan langsung pada tulang, cakram, atau saraf di tulang belakang.