Berdebar Tengah Malam? Hati-hati! Bisa Jadi Tanda Penyakit Jantung

5 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Terbangun di tengah malam dengan jantung berdebar kencang bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. Meskipun bisa disebabkan oleh stres atau kecemasan, kondisi ini juga bisa menjadi tanda awal penyakit jantung.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah sekaligus konsultan jantung intervensi di Heart and Vascular Center Bethsaida Hospital Gading Serpong, Dasaad Mulijono mengatakan jantung berdebar hingga terbangun di tengah malam ini kerap diabaikan banyak orang. 

Padahal, gejala seperti ini perlu segera diperiksa untuk menghindari risiko yang lebih besar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Harus diperiksa, harus diantisipasi. Kebanyakan orang bisa celaka karena merasa dirinya sehat. Padahal sebelum kena serangan jantung, sebenarnya ada gejala, tapi sering salah diagnosis. Dikiranya maag, ternyata jantung," jelas Dasaad.

Dia tidak memungkiri, stres memang bisa membuat jantung berdebar, apalagi jika disertai kecemasan. Namun, bila kondisi ini terjadi berulang kali, apalagi saat sedang beristirahat, maka perlu dicurigai sebagai tanda awal gangguan irama jantung atau bahkan penyakit jantung koroner.

Dasaad mengingatkan bahwa tidak semua gejala jantung selalu muncul saat seseorang sedang beraktivitas berat. Banyak kasus serangan jantung, justru muncul saat tidur atau dalam kondisi tenang.

"Mari kita tidak remehkan tanda-tanda kecil seperti ini. Pemeriksaan jantung secara berkala tetap penting, apalagi kalau sudah pernah mengalami gejala berdebar tanpa sebab yang jelas," tambahnya.

Selain itu, jaga kesehatan jantung dengan rutin berolahraga. Namun, intensitas olahraga yang dilakukan juga harus cukup menantang agar memberikan efek maksimal terhadap jantung.

Idealnya, kata Dasaad, olahraga 150 menit per minggu, dengan intensitas sedang hingga berat. Jantung pun harus dipacu hingga 85 persen dari heart rate maksimal.

Heart rate maksimal bisa dihitung dengan rumus 220 dikurangi usia Anda. Jika Anda berusia 34 tahun, misal, maka 220 - 34 = 186 denyut per menit. Target detak jantung saat olahraga adalah 85 persen dari angka tersebut, yakni sekitar 158 denyut per menit.

Young woman checking progress on smart watch. Female runner looking at smart watch heart rate monitor.Ilustrasi. Olahraga demi kesehatan jantung berarti Anda perlu memacu jantung hingga 85 persen dari heart rate maksimal. (Getty Images/iStockphoto/jacoblund)

"Itu artinya, kegiatan ringan seperti menyapu atau mengepel belum cukup. Anda perlu aktivitas seperti bulu tangkis, tenis, atau naik tangga sampai jantung terasa benar-benar berpacu," katanya.

Untuk mencapai target 150 menit perminggu, Anda bisa menyicilnya dengan 30 menit olahraga per hari selama lima hari. Namun jika Anda sanggup lebih, tentu lebih baik. Bahkan bagi pasien dengan riwayat penyakit jantung, olahraga tetap dianjurkan sebagai bagian dari program rehabilitasi, tentu dengan pengawasan medis yang tepat.

Waspada olahraga tanpa pemeriksaan

Dasaad mengingatkan agar tidak sembarang mulai olahraga berat, terutama jika Anda belum pernah memeriksakan kondisi jantung sebelumnya.

"Banyak kasus orang yang kelihatan fit, rajin olahraga, tapi tiba-tiba kena serangan jantung. Ternyata ada sumbatan di pembuluh darah jantung yang tidak diketahui sebelumnya," jelasnya.

Pemeriksaan menyeluruh sebelum memulai rutinitas olahraga berat penting untuk mendeteksi adanya potensi risiko, terutama bagi Anda yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung, kolesterol tinggi, atau tekanan darah tinggi.

"Perhatikan gejala-gejala kecil, lakukan pemeriksaan rutin, dan jaga kesehatan jantung dengan olahraga yang cukup. Karena terkadang, tubuh Anda sudah memberi sinyal sebelum bencana datang," kata dia.

(tis/els)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |