Jakarta, CNN Indonesia --
Muhammad Budi Djatmiko ditunjuk sebagai Komisaris Utama PT Pos Indonesia (Persero) menggantikan Rhenald Kasali, yang mengundurkan diri pada 20 April 2025.
Budi Djatmiko lahir di Brebes pada 16 September 1964. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) di bidang Matematika di ITB, Manajemen dan Statistik di Universitas Terbuka, serta Teknik Manajemen Industri di Universitas Pasundan Bandung, seluruhnya pada 1987.
Ia kemudian melanjutkan studi Pascasarjana (S2) di bidang MBA Teknologi di ITB dan Magister Administrasi Bisnis di UNPAD Bandung pada 2000.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gelar doktoral (S3) diperoleh dari Universitas Indonesia di bidang Ekonomi Pembangunan dan dari Universitas Padjadjaran Bandung di bidang Manajemen Stratejik, keduanya diraih pada 2004.
Selain aktif di dunia pendidikan dan organisasi, Budi Djatmiko tercatat sebagai pendiri dan Ketua Pembina Rumah Yatim dan Tafizh Quran Madani sejak 1997.
Ia juga pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Hafara Indonesia, Komisaris Utama PT Kualitas Nasional Indonesia, serta Komisaris Utama PT Edu Sarana Informatika.
Di bidang organisasi, Budi pernah menjadi pengurus Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Jawa Barat, pengurus Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Kota Bandung, serta Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Jawa Barat.
Selain itu, Budi Djatmiko juga dikenal sebagai pendukung Prabowo Subianto. Ia menjadi pendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam Pemilu Presiden 2024 melalui Gerakan Elaborasi Rektor Akademisi Alumni dan Aktivis Kampus Indonesia (Geraaak).
Penggantian kursi komisaris utama ini dilakukan setelah Rhenald Kasali menyampaikan pengunduran dirinya. Dalam keterangannya, Rhenald menyebutkan ia mundur untuk menjalani penugasan baru di bidang bisnis internasional.
"Saya sudah mengundurkan diri sejak 20 April yang lalu," kata Rhenald dalam keterangan tertulis, Sabtu (26/4), seperti dikutip dari detik.com.
"Empat tahun di BUMN seperti PT Pos sudah cukup. Setelah ini tantangannya lain lagi," tambahnya.
Rhenald tidak menjelaskan rinci alasan pengunduran dirinya, namun menyebut saat ini tengah menangani perusahaan dengan skala besar dan strategis.
"Kami juga tengah menangani perusahaan-perusahaan besar yang skalanya masif dan strategis, jadi perlu konsentrasi tinggi," ujarnya.
Dalam masa jabatannya di PT Pos Indonesia, Rhenald mengatakan perusahaan mengalami tekanan pada arus kas (cashflow), sumber daya manusia yang tidak lagi sesuai dengan kebutuhan zaman, serta penurunan layanan pos akibat perubahan perilaku konsumen.
"Sebagian besar SDM juga petugas pos yang terbiasa menunggu di loket-loket pos," katanya.
(del/pta)