Cakrawala Vingroup dan Semburat Cahaya di Langit Hanoi

3 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Hanoi basah dan dingin pada satu hari di awal November. Hujan tak berhenti turun ke tanah dari pagi hingga malam. Ini adalah lawatan saya pertama ke Vietnam. Sepeda motor dan mobil berseliweran di jalan, macam di Jakarta. Klakson pun saling bersahutan.

Di jantung Hanoi, saya menyaksikan geliat kota ini sejak pagi hingga tengah malam.

Saya dan bersama puluhan wartawan lainnya diundang oleh Vinfast Indonesia untuk menyaksikan geliat bisnis perusahaan tersebut di negeri asalnya. Vinfast adalah produsen mobil listrik yang telah mengaspal di Tanah Air dan dimiliki konglomerasi Vingroup.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami tak hanya ingin menjual mobil, tapi juga membangun ekosistem," kata Kariyanto Hardjosoemarto, CEO Vinfast Indonesia dalam lawatan itu.

Salah satu bagian ekosistem yang dimaksud adalah stasiun pengisian daya baterai di pelbagai tempat di Indonesia. Tak hanya itu, produsen itu pun membangun pabrik di Subang, Jawa Barat sebagai bagian komitmen bisnis di Tanah Air.

Vinfast sudah merilis pelbagai merek mereka macam VF3, VF5 hingga VF7. Sebagian warga Jakarta mungkin mengenal VF5 sebagai Green Taxi yang ramai berseliweran hari ini. Saat pabrik di Subang beroperasi pada awal 2026 kelak, kapasitas produksi diperkirakan mencapai 50 ribu per tahun.

Suasana di Hanoi, Vietnam.Suasana pagi di Hanoi, Vietnam pada awal November. (Foto: CNN Indonesia/Anugerah Perkasa).

Bagaimana dengan masalah baterai?

"Kami akan membeli bahan yang dijadikan baterai dari produsen yang bersertifikat," kata Kariyanto. "Tak hanya ini, tapi juga komponen lainnya yang diperlukan untuk memenuhi standar ECG."

"Pasar Indonesia penting," kata Madam Le Thi Thu Thuy, Vice Chairwoman Vingroup dalam satu diskusi di Hanoi. "Kami punya fokus yang kuat di sana."

Saya kira konglomerasi bisnis grup tersebut serius menancapkan kukunya di Tanah Air. Dari soal pabrik, stasiun pengisian bahan bakar hingga membangun perusahaan baterai sendiri untuk menciptakan ekosistem.

Di Vietnam sendiri, Vingroup memiliki pelbagai jaringan bisnis. Mulai dari otomotif, properti, baterai, rumah sakit hingga teknologi informasi. Di negara itu, saya kira, Vingroup telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Untuk melihat bagaimana Vinfast memproduksi mobil listrik mereka, saya pun beserta wartawan lainnya diundang untuk mengunjungi pabrik Vinfast seluas 300 ha lebih di Haiphong. Perjalanan ditempuh sekitar 1,5 jam dari Hanoi.

Saat di sana, kami pun memasuki area pabrik disertai dengan penjelasan dari manajemen setempat. Baik dari proses press shop, body shop dan assembly shop untuk memproduksi ribuan mobil listrik Vinfast.

Saya melihat mesin-mesin otomatisasi mutakhir yang dipakai dalam pabrik. Pekerja yang menggunakan helm dan seragam. Ada yang mengurus bagian bodi. Ada pula yang mengoperasikan layar monitor di depannya. Terakhir, kami pun bergantian melakukan test drive pelbagai varian mobil Vinfast di area khusus.

"Cepat dan lurus. Lurus," kata seorang pendamping saat saya menyetir VF3.

Saya menginjak pedal gas lebih dalam. Mobil mungil itu pun menembus angin.

Vinfast VF 3Vinfast memproduksi mobil listrik VF3 yang kini sudah mengaspal di Indonesia. (Foto: Vinfast)

Ekosistem Universitas

Di sisi lain, ada hal yang bikin terkesan soal ekosistem lainnya yakni soal Vin University. Saya mengunjungi VinUni yang menurut saya terkesan mewah. Ada patung-patung yang didesain ala Eropa, demikian juga gedungnya.

Saya diajak menjelajahi kampus yang terbentang di area seluas 23 ha itu. Ada tempat untuk bersantai macam di kafe. Ada ruang untuk makan siang atau mengerjakan tugas. Perpustakaan hingga laboratorium.

"Ini adalah kampus yang nonprofit," kata Nguyen Hong Ha, Vice Provost of Academic Vin University. "Alumni kami sudah ada yang bekerja di Vingroup dan ada pula di perusahaan besar lainnya."

Nguyen mengatakan pendanaan juga diperoleh dari Vingroup dan sejumlah donatur lainnya. Sebagian nama mereka diabadikan dalam dinding 'Legacy of Giving' di salah satu sudut area kampus.

Lawatan kali ini, saya kira kian penting, terutama melihat soal ekosistem, komitmen dan visi masa depan pemilik bisnis.

Dari bisnis hingga kampus. Dari membangun usaha hingga bagaimana membalas budi kembali kepada masyarakat. Tentu ini diselingi pelbagai macam tema kuliner: ikan, sup, kudapan renyah hingga hingga Bia Viet alias bir Vietnam.

Vin University bagian ekosistem dari Vingroup. Vingroup merupakan perusahaan induk dari Vinfast, produsen mobil listrik asal Vietnam.Suasana di Vin University yang merupakan bagian ekosistem dari Vingroup. Vingroup merupakan perusahaan induk dari Vinfast. (Foto: CNN Indonesia/Anugerah Perkasa)

Mobil listrik, mungkin tak semua orang memikirkannya hari ini, namun Vinfast yakin hal itu akan berubah. Setidaknya, penjualan mobil listrik di Tanah Air meningkat sepanjang 9 bulan terakhir, dari 43.188 pada 2024 menjadi 55.225 pada 2025.

Mungkin ini macam langit gelap dan basah di Hanoi namun perlahan berganti terang.

Dari jantung Hanoi saya menyaksikan, langit kelabu perlahan berganti menjadi semburat cahaya di cakrawala.

[Gambas:Video CNN]

(asa/sfr)

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |