Jakarta, CNN Indonesia --
Massa pengemudi ojek online (ojol) yang menggelar demonstrasi di Jalan Medan Merdeka Selatan, sekitar Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Senin (21/7).
Berdasarkan pantauan pada pukul 16.28 WIB situasi aksi terlihat memanas.
Massa demonstran ojol ramai-ramai mencoba menerobos barikade atau barrier besi yang dipasang aparat. Ada pula yang menyalakan suar atau flare.
"Massa jangan terprovokasi," ujar komando polisi dengan pengerah suara dari arah pasukan pengamanan.
Terlihat polisi yang mencoba mengamankan situasi dan memadamkan flare yang dinyalakan sebagian massa demonstran.
"Tidak melakukan pembakaran apapun, massa mundur," seru Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombespol. Susatyo Purnomo Condro dari arah pasukan pengamanan.
Dalam aksi ini sebelumnya massa aksi menyuarakan ima tuntutan.
Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojol Garda Indonesia, Raden Igun Wicaksono mengatakan tuntutan pertama adalah negara menghadirkan UU Transportasi Online atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) yang diteken Presiden RI Prabowo Subianto
"Kami minta Bapak Presiden untuk bisa menghadirkan PERPPU sebagai alternatif awal, sambil undang-undang transportasi online akan dibuat oleh legislatif," kata Igun di Jalan Medan Merdeka Selatan.
Tuntutan kedua potongan bagi aplikator cukup 10 persen. Ia mengatakan dalam praktiknya, potongan aplikator melebihi 10 persen.
"Potongan biaya aplikasi diturunkan menjadi 10 persen saja, karena selama ini semenjak regulasi itu dibuat, perusahaan aplikasi ini sudah banyak memotong sampai hampir 50 persen," ujarnya.
Tuntutan selanjutnya adalah pemerintah membuat peraturan tarif antar barang dan makanan. Lalu melakukan audit investigatif aplikator.
Lalu, massa juga meminta penghapusan aceng, slot hingga multi order. Igun mengatakan sistem multi order banyak menimbulkan masalah. Salah satunya kasus yang terjadi di Yogyakarta.
"Poin kelima ini karena tidak ada hukum yang jelas di ekosistem transportasi online maka perusahaan aplikasi membuat program-program seperti aceng, slot, multi order, atau food," kata Igun.
"Ini banyak menimbulkan masalah. Contoh yang multi order atau double order. Terakhir kemarin di Yogyakarta ada perkara, ada kasus driver online berkonflik dengan penggunanya atau pelanggannya karena terlambat mengantar makanan. Ini akibat dari adanya multi order," imbuh dia.
(yoa/kid)