Jurnalis Berguguran, AFP Desak Israel Bantu Evakuasi Pewartanya

8 hours ago 8

Jakarta, CNN Indonesia --

Kantor berita Prancis, Agence France-Presse (AFP), memohon kepada Israel untuk mengevakuasi jurnalis-jurnalisnya yang nyaris sekarat di Jalur Gaza, Palestina.

Salah satu kantor berita terbesar di dunia itu pada Selasa (22/7) menyampaikan bahwa para pewartanya di Gaza saat ini menghadapi kelaparan akut. Mereka sampai tak bisa lagi liputan karena berusaha untuk bertahan hidup.

"Selama berbulan-bulan, kami hanya bisa menyaksikan tanpa daya ketika kondisi kehidupan mereka memburuk secara drastis," demikian pernyataan AFP.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak Israel melarang jurnalis asing meliput agresi di Jalur Gaza, AFP mengandalkan warga lokal Gaza sebagai jurnalis lepas. Mereka melakukan liputan mengenai situasi mengenaskan di Gaza dan turut mengalami secara langsung kebrutalan Israel di sana.

Bashar Taleb (35), fotografer AFP yang masuk dalam daftar kandidat penerima penghargaan Pulitzer tahun ini, mengaku bahwa ia beberapa kali tak sanggup bekerja karena harus mencari makanan untuk keluarganya yang dilanda kelaparan.

"Saya harus berhenti bekerja beberapa kali hanya untuk mencari makanan untuk keluarga saya," kata Taleb, seperti dikutip AFP.

"Untuk pertama kalinya, saya merasa sangat kalah secara emosional," lanjutnya.

Omar al-Qattaa (35), wartawan AFP lainnya yang juga masuk nominasi Pulitzer, mengaku bahwa tubuhnya saat ini tak bisa lagi dibawa bekerja karena teramat lemas dan lelah.

"Saya kelelahan karena membawa kamera berat di pundak dan berjalan jarak jauh. Kami nyaris tak bisa tiba di lokasi liputan karena tak punya energi lagi akibat lapar dan kekurangan makanan," ucapnya.

Qattaa menyatakan ia sehari-hari mengandalkan obat pereda nyeri untuk sakit pada punggungnya, namun obat dasar semacam itu kini tak lagi bisa ditemukan di apotek. Ketiadaan vitamin dan makanan bernutrisi juga memperparah kondisinya.

Khadr Al-Zanoun (45), wartawan kontributor AFP lainnya, juga mengaku menderita sakit kepala dan pusing karena kekurangan makanan dan minuman.

"Sejak perang dimulai, berat badan saya turun 30 kilogram. Saya bagaikan tulang berjalan jika dibandingkan dengan penampilan saya sebelum perang," kata Al-Zanoun.

"Saya biasanya menyelesaikan laporan dan cerita dengan cepat. Tapi sekarang saya nyaris tidak mampu menyelesaikan satu laporan sehari karena kelelahan fisik dan mental ekstrem," imbuhnya.

Reporters Without Borders (RSF) melaporkan lebih dari 200 jurnalis tewas sejak Israel meluncurkan agresi ke Jalur Gaza, Oktober 2023 lalu.

Mereka umumnya warga Gaza yang menjadi pekerja lepas bagi kantor-kantor berita yang dilarang masuk oleh Israel.

(blq/dna)

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |