Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menerima kunjungan delegasi World Bank yang dipimpin oleh Country Director untuk Indonesia dan Timor-Leste, Carolyn Turk.
Dalam pertemuan strategis yang berlangsung di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta itu, mereka membahas kerja sama penguatan daya saing dan keberlanjutan sektor industri Indonesia melalui pembiayaan hijau dan pengembangan ekosistem industri rendah karbon.
Topik utama yang dibahas meliputi pembentukan Green Industry Service Company (GISCO), pengembangan Industrial Competitiveness and Decarbonization Facility (ICDF), serta penyelarasan agenda dekarbonisasi dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kementerian Perindustrian telah menetapkan target Net Zero Emission untuk sektor industri pada tahun 2050. Untuk mencapainya, kita butuh ekosistem pembiayaan hijau yang kokoh dan inklusif. GISCO adalah instrumen penting dalam mewujudkan hal tersebut," ujar Agus dalam pernyataan yang dikeluarkan di Jakarta, awal pekan ini.
GISCO dirancang sebagai unit layanan industri hijau yang menjembatani industri dengan penyedia teknologi ramah lingkungan dan lembaga keuangan hijau.
GISCO juga akan mendampingi pelaku industri dalam mengidentifikasi proyek efisiensi energi, penggunaan bahan baku berkelanjutan, serta pengurangan emisi.
Selain itu, mekanisme perdagangan emisi antar pelaku industri manufaktur juga tengah disiapkan dan diproyeksikan akan meningkatkan nilai tambah sektor manufaktur, daya saing industri nasional, serta membuka akses pasar internasional yang kini semakin memperhatikan jejak karbon produk.
"GISCO tidak dirancang untuk membebani pelaku industri. Sebaliknya, kami harap ini menjadi kesempatan baru bagi industri untuk meningkatkan efisiensi, menurunkan emisi, sekaligus menambah nilai tambah produksinya," tambah Menteri Agus.
World Bank menyampaikan apresiasinya atas kepemimpinan Indonesia dalam transformasi industri hijau, dan mendukung penuh pengajuan ICDF ke dalam Blue Book Bappenas senilai US$600 juta.
Fasilitas ini akan menjadi platform pembiayaan terintegrasi bagi pelaku industri, GISCO, dan lembaga keuangan untuk mengembangkan proyek-proyek
dekarbonisasi yang layak secara ekonomi dan berdampak terhadap penurunan emisi gas rumah kaca.
Skema pembiayaan hijau yang dikembangkan melalui ekosistem industri hijau ini tidak akan menjadi beban utang negara, melainkan bersifat blended financing yang memadukan hibah, pinjaman lunak, dan kontribusi swasta.
Pelaku industri yang menerima manfaat pengurangan emisi juga tidak dibebani secara fiskal, mengingat proyek-proyek yang difasilitasi merupakan proyek berpotensi efisiensi biaya dan penguatan daya saing.
"Kami percaya bahwa kemitraan ini akan membantu Indonesia dalam menciptakan industri yang tidak hanya kompetitif secara global, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan," ujar Carolyn Turk, Country Director World Bank.
(agt)