Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menerapkan lima strategi utama guna menciptakan ekosistem ketenagakerjaan yang adaptif, inklusif, dan berdaya saing.
Kepala Biro Humas Kemnaker, Sunardi Manampiar Sinaga selaku perwakilan Menteri Ketenagakerjaan menyampaikan, lima strategi ini merupakan respons menghadapi dinamika dan tantangan ketenagakerjaan nasional.
Salah satunya, adalah pelaksanaan program pemagangan nasional yang menghadirkan pelatihan berbasis proyek secara masif dan hybrid, yang mengintegrasikan keterampilan teknis, soft skills, bahasa asing, dan kewirausahaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Program ini diselenggarakan oleh 303 Balai Latihan Kerja (BLK) milik pemerintah dan lebih dari 2.400 Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) swasta di seluruh Indonesia," kata Sunardi.
Selain itu, Kemnaker memperkuat sistem informasi pasar kerja melalui platform SIAPkerja. Platform ini menyajikan data secara real-time dan terintegrasi mengenai lowongan kerja, pelatihan, sertifikasi profesi, serta profil pencari kerja.
Gerakan peningkatan produktivitas nasional pun digencarkan dengan menyasar sektor industri, pendidikan, hingga pemerintahan. Kegiatan yang dilakukan, meliputi sertifikasi produktivitas, pengembangan productivity center, edukasi budaya kerja produktif, dan intervensi langsung ke ribuan perusahaan.
Upaya lainnya adalah memperkuat koordinasi lintas kementerian dan lembaga. Dengan menggandeng Kementerian Keuangan, BKPM, BPS, Bank Indonesia, dan BPJS Ketenagakerjaan, Kemnaker membangun dashboard strategis untuk menyinergikan kebijakan sekaligus mendeteksi potensi gelombang PHK sejak dini.
Di sisi regulasi, Kemnaker juga aktif membangun kolaborasi dengan kementerian/lembaga, dunia usaha, serikat pekerja, dan asosiasi profesi. Kolaborasi ini bertujuan memperkuat pelatihan, pelindungan pekerja, serta integrasi kurikulum pendidikan dan pelatihan vokasi.
"Transformasi ketenagakerjaan hanya akan berhasil jika dilakukan secara kolaboratif. Kemnaker berkomitmen menjadi penggerak utama, namun keberhasilan hanya dapat diraih dengan keterlibatan aktif seluruh pemangku kepentingan," kata Sunardi.
Sunardi mengungkapkan, masih ada sejumlah tantangan besar di sektor ketenagakerjaan Indonesia, seperti dominasi pekerja informal, tingginya angka pengangguran muda, serta rendahnya kesiapan angkatan kerja dalam menghadapi era digital dan transisi menuju ekonomi hijau.
"Dari total 153 juta angkatan kerja Indonesia, lebih dari separuhnya berada di sektor informal. Selain itu, mayoritas masih berpendidikan maksimal SMA dan belum memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri saat ini," pungkas Sunardi.
(rea/rir)