Pembalap Tim Ducati Lenovo, Marc Marquez. (Foto: Instagram/ducaticorse)
MOTEGI – Pembalap Tim Ducati Lenovo, Marc Marquez, telah mengukir sejarah dengan merebut gelar juara MotoGP 2025 di MotoGP Jepang 2025. Kemenangan ini bukan hanya spesial karena menjadi gelar pertamanya sejak 2019, tetapi juga karena berhasil menyamai rekor tujuh gelar di kelas para raja milik rival abadinya, Valentino Rossi.
Menariknya, di balik dominasinya yang tak terbantahkan, Marquez memiliki ritual unik yang ia yakini ikut memengaruhi performanya. Ritual unik itu terkait kebiasaan Marquez yang memakai celana dalam warna biru dan merah jelang balapan.
Sebagai informasi, Marquez memastikan gelar juara dunia ke-7 MotoGP (dan ke-9 di semua kelas) ini setelah finis kedua di balapan Jepang. Raihan 541 poin yang dikumpulkannya kala itu membuatnya unggul 201 poin dari satu-satunya pesaing, Alex Marquez, sehingga gelar berhasil dikunci lebih cepat.
Kemenangan ini juga sangat emosional, menandai comeback spektakuler setelah masa sulit cedera dan performa Honda yang menurun. Marquez bahkan terlihat menangis terharu saat menyaksikan cuplikan video perjalanan kariernya di pinggir lintasan, menyadari ia telah sukses merebut gelar bersama tim pabrikan Ducati di musim perdananya, menyamai jejak Casey Stoner (2007).
1. Ritual Unik Celana Dalam
Lucunya, Marquez juga dikenal memiliki kebiasaan atau ritual khusus sebelum balapan yang diyakini memberinya keberuntungan. Meskipun ia sendiri mengakui faktor utama adalah kerja sama tim. Ritual ini melibatkan pakaian dalam yang ia kenakan.
Marc Marquez mengabarkan kondisi usai MotoGP Mandalika 2025 (Foto: Instagram/@marcmarquez93)
"Untuk sesi latihan bebas, saya selalu mengenakan celana dalam berwarna biru, sedangkan saat balapan akan mengenakan celana dalam warna merah,” ujar Marquez.
Selain ritual warna pakaian dalam, The Baby Alien juga memiliki cara khusus saat menaiki motornya. Ia mengaku selalu menaiki motornya mulai dari sisi kiri. Meskipun demikian, Marquez memastikan faktor-faktor takhayul ini tidak serta-merta menjadi penentu kemenangannya, melainkan hanya bagian dari kebiasaan.
