Makan Banyak Korban, Jangan Sepelekan Bahaya Tren Blackout Challenge

10 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Tren TikTok blackout challenge kembali jadi sorotan. Seorang bocah 12 tahun asal Inggris meninggal dunia pada akhir Juni lalu usai diduga mengikuti tren yang viral di TikTok tersebut.

Mengutip New York Post, berdasarkan laporan Kepolisian West Yorkshire, bocah tersebut meninggal dunia di rumahnya di Castleford pada 27 Juni lalu.

Bocah tersebut sempat dibawa ke rumah sakit, namun nyawanya tak bisa diselamatkan. Saat ini, pihak kepolisian tengah menyelidiki penyebab kematian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, orang tua meyakini bahwa putranya tersebut meninggal dunia karena ikut serta dalam tren blackout challenge yang tengah viral di media sosial.

Dalam tren TikTok blackout challenge ini, seseorang ditantang untuk menahan napas. Warganet ditantang seberapa lama kuat menahan napas.

Apa yang menimpa bocah Inggris ini bukan kali pertama blackout challenge memakan korban. Pada tahun 2022, The Independent melaporkan setidaknya ada 20 kematian dikaitkan dengan tren tersebut dalam kurun waktu 18 bulan. Sebagian besar korban merupakan kelompok anak.

Tak cuma menahan napas. Pada waktu sebelumnya, tren ini bahkan menantang warganet untuk mencekik lehernya sendiri hingga hilang kesadaran. Baik tahan napas hingga mencekik leher sama-sama bisa memicu asfiksia.

Asfiksia sendiri dikenal sebagai kondisi medis berbahaya yang bisa memicu kerusakan otak dan kematian. Asfiksia sendiri menyebabkan kondisi hipoksia serebral atau kekurangan oksigen.

"Jika otak kekurangan oksigen dan Anda tidak sadarkan diri, maka itu sudah final, Anda tidak akan mampu menghentikan kejadiannya," ujar dokter spesialis anak di Vanderbilt University Medical Center Marla Levine, mengutip Healthline.

Seseorang, lanjut Levine, hanya memiliki waktu yang hanya sebentar untuk memulihkan pasokan darah atau oksigen ke otak guna mencegah kematian organ tersebut.

Ilustrasi kanker otakIlustrasi. Tren TikTok blackout challenge dapat memicu kematian otak. (iStock/Lars Neumann)

Otak dapat mengalami kekurangan oksigen dengan tekanan sekecil 4,4 pon dan memicu hilangnya kesadaran hanya dalam sepuluh detik. Saat hipoksia dimulai, kerusakan otak permanen dapat terjadi dalam waktu empat menit. Kematian otak dapat terjadi dalam waktu lima menit setelah hipoksia.

"Tak ada banyak waktu dalam kasus asfiksia," ujar Levine.

Selain kerusakan dan kematian otak, asfiksia juga bisa menyebabkan kerusakan lain pada laring dan pembuluh darah di leher. Asfiksia juga bisa memicu serangan atau henti jantung.

Dengan pemahaman ini, pengguna media sosial diharapkan agar tidak mengikuti tren TikTok blackout challenge.

(asr/asr)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |