CNN Indonesia
Senin, 07 Apr 2025 16:50 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Sejumlah negara-negara kecil di Pasifik turut meradang usai Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan tarif timbal balik pada pekan lalu.
Trump menjatuhkan tarif resiprokal ke 180 negara termasuk sejumlah negara di Pasifik. Papua Nugini dijatuhi tarif sebesar 10 persen, Vanuatu 22 persen, hingga Fiji dijatuhi tarif sebesar 32 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut respons negara-negara Pasifik usai Trump umumkan tarif resiprokal.
Fiji
Wakil Perdana Menteri Fiji Biman Prasad mengeluhkan tarif timbal balik Trump.
"Pungutan pajak Trump sangat tidak proporsional dan tak adil," ungkap Prasad.
Lebih lanjut, Prasad mengatakan Fiji berupaya mendapat rincian alasan dan penerapan pasti tarif Trump.
"[Kami] akan bekerja sama dengan para pemangku kepentingan utama kami dan mitra-mitra AS untuk mendapatkannya," ujar dia.
Fiji mengalami surplus dalam perdagangan dengan AS sekitar US$252 juta dari ekspor air minum kemasan Air Fiji, ikan, hingga kava.
Vanuatu
Juru bicara kantor perdana menteri Vanuatu menyatakan tarif Trump akan berdampak ke ekspor dan merugikan petani kava.
Pada 2024, neraca dagang Vanuatu ke AS mengalami surplus dengan nilai US$6,6 juta.
Papua Nugini
Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan tak punya rencana untuk membalas tarif Trump.
Marape justru menyatakan bakal memperkuat hubungan dagang Papua Nugini dengan AS.
"Kami akan terus memperkuat hubungan perdagangan kami di Asia dan di Pasifik, di mana produk kami diterima," kata Marape, dikutip AFP, Jumat (4/4).
Dia lalu mengatakan jika pasar AS surut karena tarif, Papua Nugini akan mengalihkan barang ke pasar lain.
"Ke pasar-pasar yang saling menghormati dan tak ada hambatan," ungkap Marape.
(isa/chri)