Jakarta, CNN Indonesia --
Masalah kesehatan mental tak lagi kenal usia. Kini, anak dan remaja pun diberondong ancaman masalah mental.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin bahkan mengungkapkan fakta teranyar bahwa 1 dari 10 anak dan remaja Indonesia usia 13-17 tahun pernah mencoba bunuh diri lebih dari sekali dalam 12 bulan terakhir.
Depresi pada remaja memang sering kali terabaikan. Pasalnya, mereka cenderung menyembunyikan perasaan mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, deteksi dini depresi sangat penting dilakukan agar hal-hal tak terduga tak terjadi di kemudian hari.
Menurut psikolog anak dan remaja di Relasi Diri, Hilma Ramadina, remaja memang sering kali tidak mengungkapkan perasaan mereka secara langsung. Dari luar mereka terlihat baik-baik saja dan ceria, tapi perasaannya justru kacau dan nyaris depresi
"Sebagai orang dewasa, kita harus lebih peka terhadap tanda-tanda yang mungkin mereka tunjukkan," kata Hilma saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (31/7).
Tanda depresi pada anak dan remaja
Berikut adalah beberapa ciri depresi yang bisa dialami remaja dan perlu Anda waspadai.
1. Perubahan suasana hati yang drastis
Remaja dengan depresi sering kali mengalami perubahan emosi yang sangat cepat. Mereka bisa tiba-tiba merasa sangat marah, lebih sensitif, bahkan mudah tersinggung tanpa alasan yang jelas.
2. Menarik diri dari lingkungan sosial
Ilustrasi. Menarik dari lingkungan sosial, salah satu tanda depresi. (iStockphoto/fizkes)
Jika remaja mulai menghindari sekolah, jarang berinteraksi dengan teman, atau lebih sering menghabiskan waktu sendirian di kamar, ini bisa menjadi tanda mereka sedang merasa tertekan atau cemas.
3. Kehilangan minat terhadap aktivitas yang dulu disukai
Remaja yang sebelumnya aktif dalam kegiatan seperti olahraga, seni, atau hobi tertentu, dapat kehilangan minat pada aktivitas tersebut. Misalnya, jika ia dulu senang menggambar, tiba-tiba ia menjadi enggan melakukannya lagi.
Perubahan pola tidur, seperti kesulitan tidur atau tidur berlebihan, serta perubahan signifikan dalam nafsu makan, baik berkurang atau justru meningkat, bisa menjadi gejala depresi.
Selain itu, remaja yang sering merasa lelah meskipun sudah cukup tidur juga perlu diperhatikan.
5. Ucapan yang mengarah pada keputusasaan
Jika remaja sering mengucapkan kalimat seperti 'Aku capek banget,' 'Lebih baik aku enggak ada,' atau 'Enggak ada gunanya juga,' ini bisa menjadi tanda mereka sedang mengalami perasaan putus asa.
"Ucapan ini bisa menunjukkan bahwa mereka merasa tertekan atau kehilangan harapan. Jangan disepelekan hal ini, justru sudah masuk alarm bahaya," kata Hilma.
6. Keluhan fisik yang berulang
Remaja dengan depresi sering melaporkan keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan secara medis, seperti sakit kepala yang terus-menerus, nyeri tubuh, atau gangguan pencernaan. Ini sering kali merupakan manifestasi dari stres emosional yang mereka alami.
Apa yang bisa dilakukan orang dewasa?
Ilustrasi. Peran orang tua sangat penting dalam mencegah masalah mental pada anak dan remaja. (iStock/Nuttawan Jayawan)
Sebagai orang dewasa di sekitar remaja, peran Anda sangat penting dalam membantu mereka. Ciptakan ruang aman secara emosional di mana mereka bisa merasa didengar dan diterima.
"Cobalah untuk membuka percakapan dengan pertanyaan reflektif seperti, 'Akhir-akhir ini kamu merasa apa?' atau 'Ada hal yang bikin kamu merasa terbebani enggak belakangan ini?'," saran Hilma.
Hal yang paling penting, dengarkan tanpa buru-buru memberi solusi. Kadang-kadang, remaja hanya perlu seseorang yang mendengarkan dengan penuh perhatian.
Selain itu, edukasi tentang pengelolaan emosi sangatlah penting. Ajarkan kepada mereka bahwa merasakan emosi negatif adalah hal yang manusiawi. Emosi negatif tidak membuat mereka lebih lemah.
"Perkenalkan juga konsep penerimaan terhadap kegagalan, dan bahwa orang tua akan selalu mendukung mereka tanpa mengaitkan cinta pada pencapaian," kata Hilma.
Hilma juga mengingatkan, kecemasan yang berlebih sering dipicu oleh paparan media sosial yang tak terbatas. Penggunaan gadget yang berlebihan bisa memperburuk kesehatan mental remaja.
"Untuk itu, batasi waktu penggunaan gadget, terutama untuk hiburan, dengan maksimal 2-3 jam per hari. Setelah itu, dorong mereka untuk beraktivitas lain yang lebih produktif atau menyehatkan," katanya.
(tis/asr)