Aksi Teror di Pahalgam Guncang Hubungan Rapuh India-Pakistan

6 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Pada 22 April 2025, serangan teroris mematikan terjadi di padang rumput Baisaran dekat Pahalgam, sebuah kawasan perbukitan di distrik Anantnag, Jammu dan Kashmir, India. Kelompok bersenjata melepaskan tembakan ke arah sekelompok turis, menewaskan setidaknya 26 orang dan melukai 17 lainnya.

Sebagian besar korban adalah wisatawan asal India, termasuk lima dari Maharashtra, satu warga negara asing, dan dua penduduk lokal.

Serangan ini terjadi bertepatan dengan kunjungan Wakil Presiden Amerika Serikat JD Vance ke India dan dimulainya musim wisata serta pendakian. Serangan terjadi sekitar pukul 3 sore, memberikan pukulan dahsyat terhadap industri pariwisata yang sedang tumbuh di Jammu dan Kashmir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Militan bersenjata menyerbu padang rumput Baisaran yang indah, yang sering dijuluki sebagai "Swiss mini." Mereka melepaskan tembakan ke arah para wisatawan yang tak menyadari bahaya dan tengah menikmati ketenangan alam makan di tempat-tempat makan lokal.

Aksi kekerasan yang mengerikan tersebut telah menghancurkan ketenangan yang mulai tumbuh di Kashmir. Perdamaian rapuh antara India dan Pakistan berusaha menjaga agar situasi di wilayah tersebut tidak memburuk.

Organisasi bayangan mengklaim bertanggung jawab

Seiring menyebarnya kabar tentang serangan terarah ini, The Resistance Front (TRF), sebuah organisasi bayangan dari kelompok terlarang asal Pakistan Lashkar-e-Taiba (LeT), mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Ini adalah tindakan biadab, dilakukan di daerah terpencil yang hanya dapat diakses dengan berjalan kaki atau menggunakan kuda poni. Karena itu, insiden ini menjadi tragedi sipil paling parah di Lembah Kashmir sejak pengeboman Pulwama di tahun 2019.

Laporan intelijen menunjukkan bahwa para penyerang menyusup dari wilayah Kishtwar. Mereka melintasi medan pegunungan yang berbahaya untuk mencapai Baisaran melalui Kokernag di Kashmir Selatan. Lokasi yang terpencil diyakini mempermudah pergerakan mereka sekaligus pelaksanaan serangan mematikan ini.

TRF dibentuk pada tahun 2019, tak lama setelah Parlemen India mencabut status khusus Jammu dan Kashmir. Pembentukan kelompok ini mencerminkan strategi sengaja oleh Pakistan untuk menyamarkan dukungan mereka terhadap terorisme di wilayah tersebut. Beroperasi sebagai perpanjangan tangan LeT, TRF disajikan sebagai entitas lokal untuk mengalihkan perhatian internasional.

Dengan mengklaim tanggung jawab atas serangan teroris di Pahalgam, TRF menegaskan keselarasan mereka dengan tujuan LeT, terus menyebarkan kekerasan dan ketidakstabilan di wilayah tersebut dengan kedok identitas terpisah.

Luka lama terorisme

Tragedi di Pahalgam membuka kembali luka lama dari serangkaian serangan teroris yang dirancang oleh LeT, juga dikenal sebagai Jama'at-ud-Da'awa. Menurut sumber India, kelompok ini dipimpin oleh Hafiz Muhammad Saeed.

Berbasis di Muridke dekat Lahore, Pakistan, tindakan LeT menyoroti pentingnya kewaspadaan, koordinasi antarlembaga, dan keterlibatan masyarakat untuk memerangi terorisme.

Ideologi LeT melampaui sekadar menentang kedaulatan India atas Jammu dan Kashmir. Agendanya, yang dijabarkan dalam pamflet berjudul Why are we waging jihad, menyerukan pemulihan kekuasaan Islam di seluruh India. Kelompok ini mengoperasikan kamp pelatihan dan pusat rekrutmen di seluruh Pakistan dan wilayah Kashmir yang diduduki Pakistan (PoK). Lokasi seperti Muzaffarabad termasuk di antaranya.

LeT pertama kali muncul di Jammu dan Kashmir pada tahun 1993, ketika 12 tentara bayaran asal Pakistan dan Afghanistan menyeberangi Garis Kontrol bersama kelompok teroris Islami Inquilabi Mahaz yang aktif di distrik Poonch.

Setelah Perang Kargil tahun 1999, LeT mengadopsi strategi Fidayeen, di mana kelompok kecil beranggotakan dua sampai lima militan menyerang kamp pasukan keamanan. Taktik lainnya adalah menyamar menggunakan seragam pasukan keamanan untuk menyerang desa terpencil dan membantai warga sipil Hindu atau Sikh.

Aksi kekejaman yang terkenal termasuk pembantaian Wandhama tahun 1998, di mana 23 Pandit Kashmir dibunuh. Kemudian pembantaian Chittisinghpura tahun 2000, di mana 35 orang Sikh dibunuh, diduga untuk memicu kerusuhan komunal selama kunjungan Presiden Bill Clinton ke India.

LeT juga mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Benteng Merah Delhi tahun 2000 dan serangan di Bandara Srinagar yang menewaskan lima warga sipil India dan enam militan.

Lanjut ke sebelah...


Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |