Diboikot China, Boeing Niat Jual Pesawat ke Pelanggan Lain

4 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Boeing mengonfirmasi China telah berhenti menerima pesawat baru karena perang dagang dengan AS. Kepala Eksekutif Boeing Kelly Ortberg mengatakan segera memasarkan jet tersebut pada pelanggan lain jika penghentian berlanjut.

"China telah berhenti menerima pengiriman pesawat karena permasalahan tarif," kata Kelly Ortberg dalam wawancara bersama CNBC seperti diberitakan AFP pada Rabu (23/4).

Konflik perdagangan Presiden AS Donald Trump dengan China dan negara-negara lain menjadi tanda tanya bagi Boeing, eksportir utama AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Boeing telah berencana mengirim sekitar 50 pesawat ke China pada 2025, kata Ortberg.

Di sisi lain, ia menyatakan perusahaannya tidak akan "menunggu terlalu lama" untuk mengirim jet tersebut ke pelanggan lain, tanpa mendetailkan pelanggan lain yang dimaksud. 

"Saya tidak akan membiarkan ini menggagalkan pemulihan perusahaan kami, jadi kami akan memberi pelanggan kesempatan jika mereka ingin mengambil pesawat tersebut," ucap Ortberg.

"Itu lah yang lebih kami sukai. Namun jika tidak, kami akan memasarkan ulang pesawat-pesawat itu," ia menegaskan.

[Gambas:Video CNN]

Raksasa penerbangan itu melaporkan kerugian sebesar US$123 juta pada kuartal pertama, lebih kecil dari kerugian US$343 juta pada periode tahun lalu. Pendapatan naik 18 persen menjadi US$19,5 miliar.

Dalam rilis pendapatannya, Boeing mengonfirmasi target untuk meningkatkan produksi pesawat komersial karena memperkuat upaya keselamatannya menyusul insiden besar.

Perusahaan menegaskan kembali bahwa produksi 737 MAX-nya akan mencapai 38 per bulan pada 2025, sementara produksi 787 Dreamliner akan naik menjadi tujuh per bulan dari lima per bulan.

Boeing juga mengatakan masih mengharapkan pengiriman pertama 777-9 pada 2026.

Boeing juga melaporkan pembakaran kas sebesar US$2,3 miliar, yang disebut "jauh lebih baik" daripada yang diharapkan sebesar US$3,7 miliar pada arus kas bebas, menurut analis di TD Cowen.

Boeing pada Selasa (22/4) mengumumkan rencana menjual sebagian dari bisnis solusi penerbangan digitalnya kepada perusahaan investasi yang berfokus pada perangkat lunak Thoma Bravo seharga US$10,55 miliar.

Hal itu direncanakan karena raksasa penerbangan tersebut berupaya untuk memperkuat posisi keuangannya.

Ortberg bergabung dengan Boeing musim panas lalu setelah perombakan kepemimpinan menyusul pendaratan darurat pesawat Alaska Airlines pada Januari 2024 setelah panel meledak di tengah penerbangan.

Sebelumnya, beberapa kecelakaan pesawat yang mematikan pada 737 MAX terjadi pada 2018 dan 2019 di Indonesia dan Ethiopia.

Untuk mendapatkan kembali kepercayaan dari para pembuat undang-undang dan pelanggan, Boeing telah menerapkan peningkatan kontrol kualitas di bawah pengawasan ketat regulator federal.

Ortberg menggambarkan perubahan haluan tersebut sesuai rencana.

"Perusahaan kami bergerak ke arah yang benar karena kami mulai melihat peningkatan kinerja operasional di seluruh bisnis kami dari fokus berkelanjutan kami pada keselamatan dan kualitas," kata Ortberg dalam siaran pers.

Saham Boeing naik 6,1 persen pada perdagangan awal.

(afp/chri)

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |