Diplomat Arya Alami {Burnout} karena Pekerjaan, Dokter Singgung Depresi (Foto: ist)
DIPLOMAT muda Kementerian Luar Negeri, Arya Daru Pangayunan alias ADP mengalami kondisi kelelahan emosional atau burnout karena pekerjaannya. Arya ditemukan tewas dengan wajah terlilit lakban di kamar kosnya di Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat.
"Peran tersebut menuntut empati yang tinggi, kepekaan emosional yang mendalam, ketahanan psikologis, sensitivitas sosial, yang ini semua tentu menimbulkan dampak seperti burnout, compassion fatigue atau kelelahan kepedulian, terus-menerus terpapar dalam pengalaman penderitaan, trauma," ujar Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor), Nathanael EJ Sumampouw dalam konferensi pers kemarin.
Nathanael menjelaskan, pekerjaan Arya sebagai Diplomat Kemlu salah satunya untuk memastikan perlindungan WNI di luar negeri berdampak pada kondisi psikologis korban.
Apakah dampak burnout terhadap keinginan bunuh diri sebesar itu?
Mengenai bahaya burnout, Okezone meminta tanggapan dari seorang Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (Psikiater) dr. Bianda Adeti Patriajaya, Sp.KJ., MARS. Dia menegaskan bahwa kondisi burnout tidak bisa diabaikan.
“Banyak orang hanya melihat pencapaian atau jabatan seseorang tanpa memahami beban emosional yang dipikul. Ketika burnout dibiarkan terlalu lama, ia dapat berkembang menjadi gangguan mental seperti depresi, bahkan mendorong seseorang pada pikiran untuk mengakhiri hidup,” ujar dr. Bianda kepada Okezone, Rabu (30/7/2025).
Ia menjelaskan bahwa tekanan psikologis yang tidak disertai ruang pemulihan dapat menurunkan daya tahan mental. Tidak sedikit individu yang merasa harus selalu kuat dan mengatasi segalanya sendiri, hingga terlambat mencari pertolongan.
Perlu Dukungan dari Lingkungan Kerja
dr. Bianda juga menekankan pentingnya peran institusi atau tempat kerja dalam menciptakan budaya yang peduli terhadap kesehatan mental.
“Lingkungan kerja harus membuka ruang untuk berbicara secara jujur, menyediakan akses terhadap tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater, dan tidak menganggap kerja berlebihan sebagai tanda loyalitas,” jelasnya.