Jonatan Christie, Pelatnas Cipayung, dan Kaki yang Melangkah Pergi

12 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Jonatan Christie melewati pintu masuk Pelatnas Cipayung sebagai sosok remaja usia belasan dengan sejuta harapan. Ia kemudian keluar dengan sosok sebagai pria dewasa yang penuh pertimbangan dan perhitungan.

Cipayung di tahun 2013, lapangan tampak penuh dengan puluhan pemain-pemain Pelatnas. Saat itu tidak ada jadwal turnamen yang digelar sehingga seluruh pemain Pelatnas Cipayung yang jumlahnya di kisaran 80-an berkumpul semua di lapangan latihan.

Di pojok sebelah kanan dari pintu masuk, di situlah tempat lapangan pemain-pemain tunggal putra berlatih. Di lapangan yang lebih sudut, pemain-pemain pratama sedang digembleng dengan latihan keras.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pratama adalah kategori yang biasa dipakai untuk pemain-pemain muda, yang baru saja terpilih masuk dalam Pelatnas Cipayung. Sedangkan Utama adalah kategori pemain-pemain yang sudah jadi wajah depan tiap nomor, diisi oleh pemain yang sudah malang-melintang di berbagai kejuaraan level tinggi.

Saat itu, kategori Utama Pelatnas Cipayung diisi nama-nama Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso, dan dua nama yang diharapkan bisa jadi andalan generasi berikutnya yaitu Tommy Sugiarto dan Dionysius Hayom Rumbaka.

Di kategori Pratama, ada nama-nama baru seperti Jonatan Christie, Anthony Ginting, Ihsan Maulana Mustofa, dan Bayu Pangisthu. Di antara nama-nama tersebut, Jonatan yang berusia paling muda.

"Jo, udah minum susu belum?" teriak Ihsan dan Bayu bergurau saat Jonatan sedang latihan yang dilanjut dengan tawa. Saat itu Ihsan dan Bayu sudah menyelesaikan gilirannya dan menunggu antrean berikutnya.

Itu hanya satu contoh kecil kemeriahan di sektor pratama tunggal putra pada 2013 silam. Ada berbagai kemeriahan lain termasuk aksi bercanda sambil kejar-kejaran dan lainnya.

Menimbang usia pemain-pemain anyar yang baru datang saat itu, wajar rasanya terpancar nuansa ceria saat mereka berlatih di lapangan. Pemandangan itu jelas berbeda bila dibandingkan dengan sektor utama.

Namun Jonatan dan kawan-kawan saat itu sadar bahwa situasi itu tidak akan serupa selamanya. Tahun berganti, beban angkatan Jonatan makin berat. Terlebih ketika PBSI membuat langkah drastis melakukan potong generasi dan langsung memajukan generasi Jonatan untuk digembleng dan ditempa sebagai andalan, melangkahi generasi-generasi di atas mereka.

Terlebih, generasi Jonatan adalah generasi yang bisa dibilang terkenal bahkan di saat mereka belum resmi masuk ke Pelatnas Cipayung.

Dari situlah, beban-beban pemain muda ini makin terasa berat. Seiring usia mereka bertambah, mereka diceburkan ke turnamen-turnamen yang berisi pemain-pemain yang lebih berpengalaman. Beban berat mulai ditanggung oleh pundak-pundak mereka, termasuk Jonatan. Mulai dari tampil di SEA Games dan dipercaya masuk skuad Thomas Cup.

Jonatan muda berhadapan dengan beban yang berat tetapi ia bisa memberikan jawaban dengan baik. Jonatan, Ginting, dan Ihsan ikut jadi bagian dari Tim Indonesia yang mampu menembus final Thomas Cup 2016.

Setahun kemudian, Jonatan mampu merebut medali emas SEA Games di usia 20. Tak lama berselang, Jonatan mampu mengukir namanya sebagai pemenang medali emas Asian Games 2018 yang berlangsung di Jakarta.

Pebulutangkis tunggal putra Jonatan Christie sukses menyumbang medali emas pertama Indonesia dari cabang bulutangkis Asian Games 2018 usai menaklukkan wakil Taiwan Chou Tien Chen 21-18, 20-22, dan 21-15 di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (28/8). (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)Keberhasilan Jonatan Christie memenangkan emas Asian Games 2018 membuat namanya melejit dan dikenal banyak orang. CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Prestasi inilah yang mengangkat nama Jonatan setinggi-tingginya. Ia yang sebelumnya sudah dikenal luas di kalangan penggemar badminton, menjadi makin dikenal oleh masyarakat umum seiring demam Asian Games 2018 yang memang benar-benar melanda Indonesia.

Sejak leher Jonatan dikalungi emas Asian Games, di situlah harapan yang sangat besar pada Jonatan tersemat diiringi beban yang terus menjadi lebih berat.

Tahun demi tahun berlalu, Jonatan terus berjalan. Meski teman-teman seangkatannya perlahan mulai menghilang dan tinggal menyisakan Anthony Ginting.

Sejumlah prestasi penting ia torehkan, mulai dari membawa Indonesia juara Thomas Cup setelah 19 tahun penantian, merebut gelar juara Asia, hingga memenangkan All England.

Jonatan juga jadi salah satu sosok yang menghadirkan gelombang baru penonton-penonton dan suporter bulu tangkis di Indonesia. Hal itu terjadi di momen Asian Games 2018 dan Thomas Cup 2020 di 2021.

Di luar prestasi gemilang itu, tak dimungkiri ada banyak pihak yang tetap menganggap Jonatan tidak memenuhi ekspetasi tinggi yang diharapkan banyak orang setelah Jonatan memenangkan medali emas Asian Games 2018.

Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>


Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |