CNN Indonesia
Selasa, 11 Nov 2025 07:12 WIB
Pahlawan Sri Susuhunan Pakubuwono VI wafat di Kampung Diponegoro, Ambon, Maluku. Makamnya mulai tak terurus. (CNN Indonesia/Said Sotta): (CNN Indonesia/Said Sotta)
Ambon, CNN Indonesia --
Kondisi bangunan makam pahlawan nasional Sri Susuhunan Pakubuwono VI yang terletak di Kampung Diponegoro, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku kini terlihat tak terurus.
Makam raja Kasunanan Surakarta itu berdiri di atas lahan seluas 20 meter lebih. Pintu gerbang yang dahulu menghadap jalan raya dan sempat dijaga ketat oleh pengawal keraton kini tak bisa dilewati karena tak diberi akses akibat tertutupi tembok yang menjulang tinggi.
Makam Pakubuwono VI sejatinya dirawat oleh Iksan Amar dan sang istri. Iksan mengaku sebagai generasi keenam yang masih merawat makam leluhurnya hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dahulu, kata dia, makam Pakubuwono VI dirancang terbuka. Bangunan tersebut sempat dibangun oleh seorang Kepala Kejaksaan Tinggi Maluku yang diklaim masih memiliki garis keturunan Sri Pakubuwono.
"Tiang-tiangnya masih kuat, Alhamdulillah tidak termakan rayap, kayunya dari kayu besi, jadi tahan lama, cuma perawatannya masih kurang," ucapnya kepada wartawan, Senin (10/11).
Iksan mengaku makam Sri Pakubuwono VI belum tersentuh oleh pemerintah daerah. Padahal dia sudah bolak-balik ke gedung Gubernur hingga DPRD Maluku. Ia berharap makam pahlawan nasional itu bisa diperhatikan.
Iksan berharap makam itu bisa dijadikan tempat kunjungan wisata terutama bagi siswa-siswi yang ingin belajar sejarah. Mereka juga bisa memperoleh informasi dan cerita terkait Sri Pakubuwono VI hingga diasingkan ke Ambon.
"Kami juga mau usulkan ke sekolah-sekolah untuk dimasukkan sejarah pahlawan Sri Pakubuwono sebagai ekstrakurikuler," tuturnya.
Sri Susuhunan Pakubuwono VI dibuang ke Ambon, Maluku. Ia diasingkan ke Ambon setelah menentang penjajahan Belanda dan dicurigai mendukung pangeran Diponegoro. Ia kemudian ditangkap pada 18 Juni 1830.
Ia wafat di Ambon, Maluku 3 Juni 1849. Ia dimakamkan bersama sang istri di tempat tinggalnya bernama Kampung Diponegoro, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon.
Usai wafat, kerangkanya dipindahkan ke Kompleks Makam Asrama Imogiri Bantul Yogyakarta pada 13 Maret 1957.
Menurut laporan resmi Belanda, ia meninggal akibat kecelakaan saat berlayar di laut. Namun, saat jenazahnya dipindahkan sempat ditemukan bukti lubang di dahi tengkoraknya yang berukuran peluru senapan. Ia diduga tewas akibat dibunuh.
Usai tewas, ia kemudian dikukuhkan sebagai pahlawan nasional berdasarkan keputusan Presiden RI nomor 294 pada 17 November 1964.
(sai/dal)

2 hours ago
3

















































