Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Keamanan Israel Bezalel Smotrich, yang dikenal menteri sayap kanan Israel, bersumpah Gaza akan segera dihancurkan sepenuhnya dan dikosongkan dari jutaan warga Palestina yang masih tinggal di sana.
Pernyataan itu disampaikan Smotrich sehari setelah kabinet Israel menyetujui rencana untuk merebut daerah kantong itu dan mendudukinya tanpa batas waktu.
Smotrich, yang berbicara di "konferensi permukiman" di permukiman ilegal Tepi Barat di Ofra, mengatakan Israel dalam beberapa bulan lagi akan mendeklarasikan kemenangan di Jalur Gaza, Palestina. Gaza sendiri sudah 2 bulan diblokade Israel untuk menerima bantuan dari luar negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gaza akan hancur total," kata Smotrich, seperti dilansir Independent. "Dalam enam bulan lagi Hamas tidak akan ada sebagai entitas yang berfungsi," lanjutnya.
Ia menambahkan bahwa penduduk Gaza akan dikirim ke zona kemanusiaan kecil di selatan, dari sana mereka akan dipaksa untuk pindah ke negara ketiga.
"Mereka akan benar-benar putus asa, memahami bahwa tidak ada harapan dan tidak ada yang bisa dicari di Gaza, dan akan mencari relokasi untuk memulai hidup baru di tempat lain," ucap Smotrich.
Smotrich memimpin elemen kunci dari pemerintahan koalisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan memblokir upaya untuk mengakhiri perang di Gaza dan mempromosikan pemukiman ilegal di Tepi Barat. Ia menyatakan harapannya bahwa wilayah itu akan dianeksasi secara resmi selama masa jabatan pemerintah saat ini.
Ia sebelumnya menentang penarikan Israel dari Gaza bahkan jika ada kesepakatan sandera baru untuk membebaskan tawanan Israel yang tersisa.
Pada hari Senin (5/5), kabinet Netanyahu menyetujui rencana untuk merebut Jalur Gaza dan menempatkan pasukan di sana tanpa batas waktu dan dalam pesan video ia mengatakan serangan baru di Gaza akan menjadi operasi militer yang intensif.
"Penduduk (Gaza) akan dipindahkan, demi perlindungan mereka sendiri," kata Netanyahu, seraya menambahkan bahwa tentara Israel tidak akan masuk ke Gaza, melancarkan serangan, lalu mundur. "Tujuannya adalah kebalikan dari itu," imbuh sosok yang jadi buronan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) ini.
Seorang pejabat pertahanan Negeri Zionis mengatakan operasi itu tidak akan diluncurkan hingga setelah kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Timur Tengah, yang menunjukkan bahwa rencana itu bisa jadi merupakan langkah lain oleh Israel untuk mencoba menekan Hamas agar membuat konsesi dalam negosiasi gencatan senjata.
Kepala Angkatan Darat Eyal Zamir mengatakan militer Israel "meningkatkan tekanan" untuk mengamankan pengembalian sandera yang ditawan di Gaza sementara Netanyahu berjanji untuk melanjutkan perang.
"Minggu ini, kami mengirimkan puluhan ribu perintah wajib kepada personel cadangan kami untuk mengintensifkan dan memperluas tindakan kami di Gaza. Kami meningkatkan tekanan untuk mengembalikan rakyat kami dan mengalahkan Hamas," kata Zamir pada hari Minggu (4/5).
(wiw)