Jakarta, CNN Indonesia --
Sekelompok turis dipaksa berbelanja barang-barang mahal ketika berada di sebuah toko di Provinsi Chengdu, China. Pemaksaan itu dilakukan oleh pemandu wisata para turis selama di China.
Namun, pemaksaan untuk berbelanja itu ditolak para turis, sehingga memicu kekesalan pemandu wisata. Usai penolakan dari para turis, pemandu wisata mengambil tindakan kontroversial.
Pengalaman buruk itu diceritakan oleh pemenang kompetisi Campus SuperStar 2007, Shawn Tok melalui Instagram Stories, yang mengungkapkan pengalaman itu saat melakukan perjalanan ke China selama sembilan hari pada November lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat berkunjung ke sebuah toko di sana, Shawn Tok bersama kelompok wisatanya dipaksa pemandu wisata untuk membeli sejumlah barang, seperti batu giok, aksesoris perak, sisir, hingga obat-obatan herbal oleh pemandu wisata.
Namun, mereka menolak untuk melakukan pembelian barang-barang mahal di toko tersebut. Pemandu wisata bersikeras dan tidak membiarkan 23 turis ini meninggalkan toko sebelum membeli barang, seperti dilansir VN Express.
Pemandu wisata ngotot karena ia harus memenuhi kuota penjualan, yaitu target pembelian barang oleh wisatawan di tempat wisata yang bermitra dengan agen tur. Biasanya kuota penjualan ini akan berpengaruh terhadap komisi (apabila terpenuhi) atau bahkan denda (apabila tidak terpenuhi).
Padahal, kelompok turis ini sudah mengatakan selama tur wisata mereka sudah menghabiskan sekitar 105.000 yuan atau sekitar Rp246 juta, tetapi pemandu wisata mengatakan bahwa nilai ini belum mencukupi targetnya.
Tak terima dengan sikap pemandu wisata, Shawn kemudian langsung memeriksa ulang kontrak perjalanan mereka dan tidak menemukan satu klausul pun yang mewajibkan wisatawan wajib membeli atau bertanggung jawab atas kuota penjualan.
Shawn juga menyoroti bahwa di bawah lindungan hukum setempat, memberhentikan wisatawan ke tempat belanja tidak tercantum di dalam kontrak dan juga merupakan tindakan ilegal.
Kemudian, Shawn bersama kelompok wisatanya melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib dengan keluhan penipuan belanja paksa. Mereka menunjukkan riwayat transaksi dan tanda terima kepada polisi sebagai barang bukti.
Setelah otoritas China campur tangan, agen tur ini akhirnya mengeluarkan pengembalian dana penuh kepada para wisatawan.Kejadian ini pun mengundang perdebatan sengit di media sosial.
Banyak warganet yang memperingatkan para wisatawan untuk berhati-hati dengan tur murah dan agen yang mencurigakan di platform media sosial.
"Entah melakukan perjalanan bebas dan mudah atau memesan dengan agen yang memiliki reputasi baik," saran salah satu pengguna di media sosial.
China telah meningkatkan penegakan hukum terhadap praktik belanja paksa yang sering menjerat pelanggan dengan iming-iming tur murah, tetapi kemudian menekan mereka untuk membeli merchandise di toko-toko yang telah ditunjuk.
(ana/wiw)

2 hours ago
2












































