Pemerintah Dukung Toyota Jadikan RI Sebagai Basis Bioetanol

2 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah menyatakan dukungan terhadap langkah Toyota untuk menjadikan Indonesia sebagai basis industri bietanol untuk memenuhi global. Rencana ini dianggap sebagai aksi nyata pada transisi energi dan transportasi.

Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM Todotua Pasaribu menyampaikan rencana Toyota ini perlu mendapat apresiasi serta dukungan.

"Dalam beberapa minggu ke depan di COP 30 Brazil, dunia akan membicarakan aksi nyata terhadap perubahan iklim yang diantaranya berfokus kepada transisi energi dan transportasi,rencana investasi Toyota di Indonesia untuk pengembangan industri Bioetanol ini sangat didukung Pemerintah Indonesia karena merupakan bagian dari salah satu langkah nyata tersebut," kata Todotua dalam keterangan tertulisnya dikutip Senin (10/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah melalui Kementerian Investasi dan Hilirisasi sendiri telah berkunjung ke Jepang bertemu dengan Masahiko Maeda, CEO of Asia Region, Toyota Motor Corporation serta mengunjungi fasilitas riset di Fukushima milik Research Association of Biomass Innovation for Next Generation Automobile Fuels (RABIT).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itu merupakan Asosiasi riset yang dibentuk oleh beberapa perusahaan otomotif dan energi Jepang dengan Toyota sebagai kontributor terbesar di dalamnya, untuk meneliti teknologi bahan bakar termasuk bioetanol.

Pertemuan membahas rencana investasi Toyota dalam pengembangan ekosistem bioetanol di Indonesia, yang dinilai sejalan dengan asta cita Presiden Prabowo Subianto untuk mendorong swasembada energi, ekonomi hijau serta hilirisasi guna meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di dalam negeri.

Ia juga bilang sebagai bagian dari strategi menekan impor BBM yang masih tinggi, Indonesia telah menetapkan kebijakan mandatory blending bioetanol dalam bensin sebesar 10 persen (E10) dan mulai diterapkan pada 2027.

"Kami melihat potensi besar kerja sama dengan Toyota untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi bioetanol di kawasan. Saat ini kebutuhan bahan bakar di dalam negeri mencapai lebih dari 40 juta kiloliter per tahun, dengan kewajiban E10 maka setidaknya Indonesia membutuhkan sekitar 4 juta kiloliter bioetanol di 2027, agar tidak kehilangan momentum maka persiapan pembangunan pabrik pendukung harus dimulai dari sekarang," ucap Todotua.

Beberapa negara seperti Brazil bahkan sedang mengkaji kebijakan E100 yang artinya 100 persen bahan bakar berasal dari bioetanol. Kebijakan serupa juga diambil oleh beberapa negara seperti Amerika Serikat, RRT, India, Perancis, Thailand dan Philippine yang sudah menerapkan kebijakan E10 - E20.

Toyota sendiri mengklaim telah berhasil memiliki teknologi mesin kendaraan yang efisien dan ramah lingkungan dengan penggunaan bahan bakar E20. Bahkan dari riset yang dikembangkan, bahan bakar hijau tersebut telah diujicobakan dalam mobil balap Super Formula.

"Mesin dengan bahan bakar E20 dan Hybrid EV merupakan teknologi yang matching untuk digunakan dalam industri mobility saat ini" kata Maeda.

Berdasarkan Roadmap Hilirisasi Investasi Strategis yang dimiliki Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, sejumlah wilayah seperti Lampung telah disiapkan untuk menjadi sentra pengembangan industri bioetanol, dengan dukungan bahan baku dari tebu, singkong, dan sorgum.

Investasi di sektor ini diproyeksikan tidak hanya memperkuat rantai pasok energi bersih,tetapi juga membuka lapangan kerja baru dan mendorong kesejahteraan petani lokal di daerah.

(ryh/mik)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |