JAKARTA - Ilmuwan NASA mungkin akan segera dapat memperkirakan letusan gunung berapi dengan memantau respon pepohonan dari luar angkasa. Dengan memanfaatkan satelit, NASA menggunakan penelitian ini sebagai lapisan peringatan dini di daerah berisiko tinggi letusan gunung berapi.
Dilansir Gadgets 360, bekerja sama dengan Smithsonian Institution, Badan antariksa Amerika Serikat (AS) itu menemukan bahwa daun pohon tumbuh lebih rimbun dan lebih hijau ketika karbon dioksida vulkanik yang sebelumnya tidak aktif merembes dari tanah. Ini merupakan peringatan dini bahwa kerucut magma mendorong ke atas, yang akan menimbulkan erupsi.
Respon Tumbuhan Sebagai Peringatan Dini Letusan Gunung Berapi
Dengan menggunakan satelit seperti Landsat 8 dan data dari misi AVUELO para ilmuwan dapat memantau respons biologis ini dari jarak jauh, sehingga berfungsi sebagai lapisan peringatan dini tambahan untuk letusan di daerah berisiko tinggi yang saat ini mengancam jutaan orang di seluruh dunia.
Menurut penelitian oleh Divisi Ilmu Bumi NASA di Ames Research Centre, penghijauan terjadi ketika pohon menyerap karbon dioksida vulkanik yang dilepaskan saat magma naik. Emisi ini mendahului sulfur dioksida dan lebih sulit dideteksi langsung dari orbit.
Meskipun karbon dioksida tidak selalu tampak jelas dalam citra satelit, efek hilirnya — misalnya, peningkatan vegetasi — dapat membantu memperkuat sistem peringatan dini gunung berapi yang ada, kata ahli vulkanologi Florian Schwandner. Hal ini bisa jadi penting karena, seperti yang dikatakan Survei Geologi AS (USGS), Amerika Serikat masih merupakan salah satu negara dengan aktivitas gunung berapi paling aktif.
Secara global, terdapat sekira 1.350 gunung berapi yang berpotensi aktif, banyak di antaranya berada di lokasi terpencil atau berbahaya. Pengukuran gas di lokasi sangat mahal dan berbahaya, sehingga mendorong para ahli vulkanologi seperti Robert Bogue dan Nicole Guinn untuk mengeksplorasi proksi berbasis pohon.