Penyebaran Bibit Wolbachia untuk Lawan DBD di Kembangan Jakbar Tuntas

3 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat (Jakbar) berhasil menuntaskan penyebaran bibit nyamuk aedes aegypti yang mengandung wolbachia untuk wilayah Kecamatan Kembangan.

Penyebaran bibit nyamuk wolbachia itu dilakukan untuk menekan risikokasus demam berdarah dengue (DBD).

Penempatan sebanyak 811 ember bibit wolbachia di 11 lingkungan RW wilayah Meruya Selatan pada Jumat (9/5) merupakan akhir kegiatan penyebaran di Kecamatan Kembangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kelurahan Meruya Selatan menjadi wilayah terakhir di Kecamatan Kembangan yang menjadi tempat penyebaran wolbachia," ujar Kepala Puskesmas Kecamatan Kembangan, Rosvita Nur Aini, Jakarta, Sabtu (10/5) seperti dikutip dari Antara.

Penyebaran, kata Rosvitas, melibatkan sejumlah pihak dari mulai kelurahan, perwakilan Kemenkes, hingga tim peneliti UGM. Penyebaran itu dilakukan dengan  dengan menempatkan sejumlah ember nyamuk aedes aegypti berwolbachia di rumah orang tua asuh (OTA) yang ditunjuk.

Rosvita melanjutkan, implementasi wolbachia dilakukan di 11 lingkungan RW Kelurahan Meruya Selatan dengan realisasi 811 OTA dari target 847 OTA. Mereka diminta untuk memantau perkembangannya selama dua minggu.

"OTA bersama kader juru pemantau jentik (jumantik), petugas prasarana dan sarana umum (PPSU), serta surveilans puskesmas memantau dan menggantikan telur nyamuk ber-wolbachia setiap 14 hari atau 2 minggu," kata dia.

Lebih lanjut, Rosvita Nur Aini, setiap ember nyamuk berwolbachia berisi sekitar 200-600 telur nyamuk yang menempel pada kain panel dan pakan pelet.

"Ember ini digunakan sebagai bagian dari program pengendalian penyakit demam berdarah dengan cara mengembangbiakkan nyamuk aedes aegypti yang mengandung bakteri wolbachia," ungkap Rosvita.

Di tempat yang sama, Wakil Dekan Universitas Bidang Penelitian dan Pengembangan Fakultas Kedokteran - Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Lina Choridah mengatakan penyakit demam berdarah menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia.

Menurut dia awalnya, DBD ini dianggap sebagai penyakit yang menakutkan, bukan hanya bagi pasien tapi juga dokternya. Hal itu karena pasien yang mengalami penyakit ini berakhir dengan kematian.

"Alhamdulillah, dengan implementasi program wolbachia atau nyamuk pintar, bisa membantu kita menurunkan angka kesakitan atau kematian penyakit DBD. Sekali lagi, kami meminta dukungan dan kerja sama masyarakat agar program ini berjalan dengan baik dan sukses," kata dia.

Ia pun mengatakan program itu masih cukup panjang. Dia mengibaratkan seperti boneka kawaguchi (boneka katun asal Jepang), yang harus dirawat, ditengok, dan diberi makan setiap hari. Wolbachia juga perlu dirawat dan ditengok selama kurun 6-8 bulan.

"Semoga implementasi program wolbachia ini dapat menurunkan kasus demam berdarah," imbuhnya.

Sebelumnya Pemprov DKI meluncurkan program penanggulangan DBD dengan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia di Kembangan Utara, Kembangan, Jakarta Barat, pada Oktober 2024.

Kecamatan Kembangan dipilih sebagai lokasi pertama pelepasan atau penyebaran nyamuk ber-Wolbachia karena memiliki angka kasus DBD tertinggi pada 2023 dengan tingkat insiden 54,1 per 100.000 penduduk.

DKI menargetkan evaluasi bisa dilakukan setelah enam hingga delapan bulan setelah telur-telur yang sudah ditetaskan lalu dilepaskan di satu wilayah.

Implementasi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia di satu wilayah dikatakan berhasil apabila populasinya mencapai 60 persen dibandingkan populasi nyamuk lainnya.

(antara/kid)

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |