Presiden Baru Lee Jae Myung Mau Bikin Korsel dan Korut Akur

1 day ago 4

Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden baru Korea Selatan Lee Jae Myung telah menyatakan niat untuk mengarahkan negaranya akur dengan Korea Utara.

Dalam pidato pertamanya setelah dipastikan menang, Lee menyampaikan bahwa ia ingin berdialog dengan Korea Utara mengenai hubungan kedua negara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sembari menguatkan kemampuan pertahanan nasional untuk menangkal Korea Utara, saya akan mendorong dialog dan komunikasi antar-Korea dengan keyakinan teguh bahwa keamanan sejati tak terletak pada memenangkan perang, tapi mencegah keinginan untuk bertikai," ujar Lee dalam pidatonya seperti dikutip dari Yonhap.

"Dua negara Korea harus hidup berdampingan dan bekerja sama demi menemukan jalan untuk berbagi kesejahteraan. Saya akan bekerja keras untuk menstabilkan situasi di Semenanjung (Korea) untuk meminimalkan risiko bagi Korea serta menjamin keamanan nasional tidak memperburuk kehidupan rakyat," lanjut Lee.

Hubungan Korea Selatan dan Korea Utara menegang selama di bawah pemerintahan eks Presiden yang dimakzulkan Yoon Suk Yeol. Di bawah kepemimpinan Yoon, Korsel tegas menantang segala tingkah Korut.

Pakta militer yang mengurangi ketegangan antarnegara juga ditangguhkan, setelah pertama ditandatangani pada 2018. Hal ini sejalan dengan dimasifkannya latihan militer bersama Korsel-Amerika Serikat yang bikin Korut uring-uringan.

Menurut sejumlah pengamat, Lee tampaknya akan menghidupkan kembali kebijakan progresif Moon Jae In mengenai hubungan Korut-Korsel.

"Meskipun tidak persis sama dengan pemerintahan Moon, namun Lee tampaknya akan mengambil langkah-langkah untuk mendorong dialog antar-Korea dan meredakan ketegangan, sejalan dengan kebijakan di bawah Moon," kata peneliti senior di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional, Hong Min, kepada Yonhap.

Saat menjabat dari 2017-2022, Moon mengadakan tiga pertemuan dengan pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un. Seluruh pertemuan itu dihelat pada 2018 hingga kedua pemimpin sepakat menandatangani Perjanjian Militer Komprehensif pada September tahun itu guna meredakan ketegangan di perbatasan dan mencegah bentrokan yang tak disengaja.

Namun, karena kebijakan keras Yoon, hubungan Korut dan Korsel saat ini di titik didih. Pada November 2023, Korsel menangguhkan sebagian pakta militer kedua negara sebagai respons atas peluncuran satelit mata-mata militer Korut.

Pada Juni 2024, Korsel menghentikan sepenuhnya perjanjian tersebut buntut kiriman balon-balon sampah Pyongyang.

Pada 2023, Kim Jong Un pun menetapkan Korea Selatan sebagai musuh utama mereka dan menyatakan kedua negara sebagai negara yang "bermusuhan". Sejak itu, Kim Jong Un menghilangkan seluruh rencana "penyatuan" Korea dari agenda kebijakannya.

Bersamaan dengan ini, Korut juga terus menggenjot kekuatan nuklir dan rudal, yang diyakini sudah hampir sebanding dengan negara nuklir sekarang. Pyongyang juga sedang mengembangkan kapal perang dan kapal selam bertenaga nuklir yang mampu membawa senjata nuklir dengan bantuan teknis dari Rusia.

Setelah renggang dengan Korsel, Korut memang mendekatkan diri dengan Rusia, salah satunya mengirim pasukan militer untuk ikut berperang melawan Ukraina.

Menurut Hong, Lee kemungkinan akan memulai jalan terjal ini dengan tindakan administratif yang relatif mudah, seperti melarang pengiriman selebaran ke Korut, membatalkan penangguhan terhadap pakta militer, serta mengirim pesan damai ke Korut dalam acara-acara penting seperti Hari Pembebasan Nasional 15 Agustus.

Meski begitu, para pengamat menilai bahwa peluang bagi Lee membawa Korsel berbaikan dengan Korut sangatlah tipis, mengingat canggihnya persenjataan Korut kini dan hubungan mesranya dengan Rusia.

Apalagi, jika Lee berniat membawa Korut kembali ke meja dialog untuk denuklirisasi. Para ahli sepakat bahwa hal ini sulit dilakukan terutama dalam satu masa jabatan presiden lima tahun.

(blq/bac)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |