Jakarta, CNN Indonesia --
Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Uni Emirat Arab (UEA), Turki, Mesir, Qatar dan Yordania membawa beragam agenda politik dan ekonomi, termasuk membangun hubungan politis dan memperkuat Indonesia khususnya di Global South, disebut mendapatkan sambutan hangat.
Ketua Dewan Direktur GREAT Institute, Syahganda Nainggolan, dalam rangkuman Focus Groupd Discussion (FGD) bertema "Mencermati Arah Politik dan Diplomasi Prabowo di Timur Tengah dan Turki" menilai, dengan komitmen membangun solidaritas global, Prabowo berpeluang besar menjadi pemimpin baru di dunia.
Namun, Syahganda juga memiliki catatan lain terkait safari Prabowo tersebut, yakni soal komunikasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pemerintah perlu membangun komunikasi politik yang lebih baik sehingga kebijakan luar negeri Indonesia tidak mendapatkan persepsi negatif," kata Syahganda di kantor GREAT Institute, Jakarta Selatan pada Senin (14/4).
Senada, Direktur Geopolitik GREAT Institute Dr. Teguh Santosa menguraikan dilema setiap negara di arena internasional yang anarkis.
Menurutnya, hubungan dengan negara lain harus dibangun tanpa menciptakan ketergantungan, atau the absence of dependency.
"Salah besar bila kita mengatakan bahwa antitesa dari ketergantungan pada satu negara hegemonik adalah dengan dengan bersandar pada negara hegemonik lain. Antitesa dari ketergantungan pada satu negara adalah meniadakan ketergantungan pada negara itu, dan pada negara lain," kata Teguh.
Teguh menyatakan, dinamika global yang terjadi saat ini, yang dipicu oleh perang tarif yang dilancarkan Donald Trump di Amerika Serikat dan direspons dengan sangat keras oleh pemerintahan Xi Jinping di Tiongkok, harus dijadikan momentum untuk membangun kemitraan dengan negara-negara lain berdasarkan prinsip saling menghormati kedaulatan.
Dirinya optimis, kunjungan Prabowo ke sejumlah negara dan komunikasi dengan pemimpin-pemimpin dunia adalah perwujudan upaya kemitraan dengan prinsip saling menghormati kedaulatan.
Di kesempatan yang sama, Dr. Zarmansyah mengingatkan bahwa Indonesia memiliki investasi yang sangat besar pada proses perdamaian di banyak kawasan dunia. Sayangnya, investasi perdamaian itu seringkali ditinggalkan begitu saja.
"Saya berharap, Presiden Prabowo juga memberikan perhatian pada investasi perdamaian yang sudah kita lakukan di banyak negara. Kehadiran Indonesia dalam menjaga perdamaian di banyak negara dan kawasan harus difollow up dengan kerja sama ekonomi sehingga Indonesia memiliki mitra alternatif yang lebih luas," ujar Zarmansyah.
Dalam kegiatan FGD ini, hadir tiga pembicara pemantik, masing-masing Dr. Nurhayati Assegaf, Dr. Hilmy Bakar Almascaty, dan Dr.Teguh Santosa. Adapun sejumlah ilmuwan dan pemerhati yang memberikan respons dan menajamkan pokok-pokok pikiran adalah Dr. Rizal Darmaputra, Dr. Zarmansyah, Dr. Indra Kusuma Wardhani, Dr. Rahmi Fitrianti, Prof. Iswandi Syahputra, dan Dr. Sudarto, juga Smith Alhadar, Omar Thalib, Dr (Cand.) Turino, Ir. Abdullah Rasyid, Ir. Wahyono, dan Ir. Hanief Adrian.
(rea/rir)