Sosok Residen Belanda Pembenci Pangeran Diponegoro hingga Dianggap Lecehkan Keraton Yogya

11 hours ago 4

Sosok Residen Belanda Pembenci Pangeran Diponegoro hingga Dianggap Lecehkan Keraton Yogya

Pangeran Diponegoro (Foto: Ist)

PEJABAT tinggi Belanda di Yogyakarta langsung bermusuhan dengan Pangeran Diponegoro saat pertama kali tiba. Pejabat itu adalah Anthonie Hendrik Smissaert, yang baru dilantik sebagai Residen Yogyakarta menggantikan Baron Van Salis. 

Jabatan residen kala itu setara dengan gubernur. Pergantian kepemimpinan pada 1823 membuat kestabilan wilayah Yogyakarta mulai goyah. 

Meski begitu, gaya hidup sang residen baru justru dianggap sangat menguntungkan Pangeran Diponegoro. Smissaert, yang merupakan mantan kepala kehutanan, dikenal gemar hidup mewah dan berfoya-foya.

Ia lebih sering menghabiskan waktu di vilanya di Bedoyo, di tengah-tengah perkebunan, daripada tinggal di loji resminya. Di sisi lain, Smissaert — meski belum pernah bertemu langsung — menunjukkan kebencian mendalam terhadap Pangeran Diponegoro, tanpa alasan yang jelas.

Ketiadaan pemimpin berwibawa di lingkungan keraton membuat para pejabat Belanda bertindak sewenang-wenang terhadap pejabat Kesultanan, tanpa menghormati adat dan tata krama Jawa.

Menurut buku Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia, pada rapat-rapat resmi yang diadakan setiap Senin dan Rabu, Residen Belanda selalu duduk di kursi (mahligai) yang diperuntukkan bagi Sultan Yogyakarta. 
Tindakan ini dianggap sebagai pencemaran kekuatan gaib oleh para bangsawan keraton. Tingkah laku pejabat Belanda yang seenaknya masuk ke dalam keraton, bahkan menjalin hubungan gelap dengan beberapa putri keraton, membuat Pangeran Diponegoro semakin prihatin. 

Selain menyangkut masalah moral, konflik pribadi antara Diponegoro dan Smissaert semakin meruncing setelah terjadi insiden saling mempermalukan di depan umum dalam sebuah pesta di kediaman Residen.

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |