ANALISIS
Abdul Susila | CNN Indonesia
Rabu, 05 Nov 2025 19:13 WIB
Timnas Indonesia U-17 tampil di Piala Dunia U-17 2025 setelah mendapat tiket melalui babak penyisihan. (ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S)
Jakarta, CNN Indonesia --
Timnas Indonesia U-17 memang kalah dari Zambia dalam laga Grup H Piala Dunia U-17 2025, tetapi filosofi sepak bola Indonesia (Filanesia) sudah sampai di titik tujuannya.
Dalam pengantar buku 'Kurikulum Pembinaan Sepak Bola Indonesia' yang terbit pada 2014, Danurwindo (Direktur Teknik PSSI) menulis: Sepakbola Indonesia Menuju ke Level Dunia.
Ya, 11 tahun lalu, ketika buku tersebut diterbitkan, ada harapan sepak bola usia muda bisa berkiprah di pentas dunia. Asa itu tercapai: Indonesia U-17 main di Piala Dunia 2025.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anak-anak yang dipimpin Nova Arianto, mayoritas adalah hasil dari pembinaan Filanesia. Hanya empat pemain, diaspora, yang mungkin tak merasakan 'jalan ninja' Filanesia.
Bukankah Indonesia U-17 juga main di Piala Dunia U-17 2023? Benar, tetapi saat itu sebagai tuan rumah. Tanpa mengecilkan peran pemain dan tim pelatih, prosesnya tak sama.
Anak-anak Garuda Muda yang bermain di Lapangan Zona Aspire, Doha, Qatar pada 2025 ini lolos ke Piala Dunia U-17 2025 lewat proses panjang, dari tahapan kualifikasi.
Sejak U-7 atau bahkan U-5, ketika buku Filanesia dibuat, Putu Panji dan kawan-kawan baru belajar sepak bola. Filosofi inilah yang mereka dapat di sekolah sepak bola (SSB).
Buku Filanesia menjadi panduan bagi pelatih-pelatih untuk mendapat lisensi kepelatihan level dasar atau amatir, yakni D dan C. Pelatih-pelatih itu kemudian menjadi guru-guru di SSB bagi pemain-pemain yang kini berlaga di Qatar.
Lewat festival, kompetisi regional, hingga akademi klub dalam elite pro academy (EPA), bakat mereka diasah. Filanesia membimbing anak-anak ini ke tim nasional kategori usia.
Lewat buku yang disusun Danurwindo, Ganesha Putera, Barry Sidik, dan Jaka Luka Prahara, yang disemai ide dan pemikiran banyak pelatih termasuk Luis Milla, Indonesia berada di level baru.
"Di kurikulum ini akan tergambar dengan jelas filosofi permainan sepak bola yang Indonesia anggap cocok untuk menuju pentas dunia," tulis Danurwindo dalam pengantar bukunya.
Ya, Indonesia telah sampai di pentas dunia. Apakah sudah selesai? Tentu, belum. Filanesia bisa mengantar ke pentas dunia, tetapi belum cukup untuk bersaing di pentas tersebut.
Baca lanjutan analisis ini di halaman selanjutnya>>>

2 hours ago
2
















































