Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melakukan pertemuan dengan Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa di Gedung Putih, Whasington D.C, pada Senin (10/11).
Pertemuan kedua presiden ini menjadi sejarah baru karena belum pernah terjadi sebelumnya. Sharaa bertandang ke AS hanya beberapa hari setelah Washington menghapusnya dari daftar hitam terorisme.
Usai pertemuan, Trump mengatakan Sharaa akan mampu membangun kembali negara yang dilanda perang tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia pemimpin yang sangat kuat. Dia berasal dari lingkungan yang sangat keras, dan dia orang yang keras," kata Trump kepada wartawan, dikutip dari AFP.
"Orang-orang bilang dia punya masa lalu yang sulit, kita semua punya masa lalu yang sulit... Dan saya pikir, sejujurnya, jika Anda tidak punya masa lalu yang sulit, Anda tidak akan punya kesempatan," tambahnya.
Trump mengatakan Suriah adalah "bagian besar" dari rencananya untuk perdamaian Timur Tengah yang lebih luas, yang diharapkan akan menopang gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan Hamas di Gaza.
Namun, ia tidak mengonfirmasi laporan bahwa Sharaa akan membawa Suriah ke dalam aliansi internasional pimpinan AS melawan kelompok Negara Islam (IS), atau bahwa negara itu akan menandatangani pakta non-agresi dengan Israel.
Kunjungan presiden Suriah menandai perubahan haluan yang luar biasa bagi seorang mantan jihadis yang pernah menjadi buronan AS dengan hadiah US$10 juta.
Sementara itu Kepresidenan Suriah mengatakan Sharaa dan Trump membahas hubungan bilateral kedua negara.
"Cara untuk memperkuat dan mengembangkannya, serta sejumlah isu regional dan internasional yang menjadi kepentingan bersama," demikian disampaikan di akun media sosial X.
Foto-foto yang dipublikasikan menunjukkan Trump berdiri dan berjabat tangan dengan Sharaa yang tersenyum di samping Resolute Desk di Ruang Oval.
Foto-foto lain menunjukkan pemimpin Suriah tersebut duduk berhadapan dengan Trump bersama para pejabat tinggi AS termasuk Wakil Presiden JD Vance, Kepala Pentagon Pete Hegseth, dan Perwira Tinggi Militer AS Dan Caine.
Sejak berkuasa, para pemimpin baru Suriah telah berusaha melepaskan diri dari masa lalu mereka yang penuh kekerasan dan menampilkan citra yang lebih moderat kepada rakyat Suriah dan kekuatan asing.
Sharaa bertemu Trump untuk pertama kalinya di Arab Saudi saat kunjungan regional pemimpin AS tersebut pada bulan Mei lalu. Saat itu, Trump menjuluki Sharaa sebagai "pria muda yang menarik."
Sharaa juga telah melakukan pendekatan diplomatik ke para pesaing Washington. Ia bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Oktober lalu. Ini pertemuan pertama mereka sejak Assad digulingkan.
Sharaa diperkirakan akan mencari dukungan pendanaan untuk membangun kembali Suriah yang hancur akibat 13 tahun perang.
Bank Dunia pada Oktober lalu memperkirakan biaya rekonstruksi negara itu mencapai sekitar US$216 miliar atau setara lebih dari Rp3.400 triliun.
(fra/afp/fra)

3 hours ago
2

















































