Viral Avanza Bawa Barang Segunung di Atap, Enggak Bahaya Kah?

8 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Toyota Avanza dengan pelat nomor Lampung, BE, mendadak viral di media sosial karena membawa barang di atap yang kesannya di luar logika. Hal ini jelas tidak aman karena Avanza sebagai mobil penumpang tidak didesain untuk melakukan hal seperti itu.

Dalam video pada akun Tiktok Adhitia Dwi Putra terlihat Avanza hitam BE 1767 MD membawa setumpuk barang yang ketinggiannya bahkan melebihi tinggi bodi Avanza.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukan cuma tinggi, lebar tumpukan barang itu juga melebihi bodi Avanza yang membuat penampakannya jauh lebih mengkhawatirkan dibanding truk-truk ilegal Over Dimension Over Loading (ODOL).

Beragam barang menumpuk di atap Avanza, mulai dari kardus, gulungan plastik, hingga lembaran busa. Semua barang tersebut ditutup sebagian menggunakan terpal lalu diikat menggunakan tali seadanya.

Membawa barang di atap memang sering dianggap alternatif demi mensiasati kabin agar tetap lega atau mungkin sudah terlanjur penuh oleh penumpang. Namun hal ini harus ditunjang perhitungan yang mengutamakan keselamatan.

Orang yang melakukan hal seperti ini cenderung egois menggunakan jalan umum lantaran bukan cuma membahayakan dirinya sendiri tapi juga oran lain. Bukan cuma soal kecelakaan, tetapi penampakannya yang menarik perhatian saja sudah bisa bikin situasi berbahaya.

Dadi Hendriadi, General Manager Technical Service Division Toyota Astra Motor (TAM), pernah menjelaskan pada dasarnya atap mobil penumpang tidak didesain membawa beban. Maka, jika beban yang dimuat terlalu berlebihan tentu memiliki risiko.

"Roof (atap mobil) itu dirancang bukan buat ngangkut barang. Ada kemungkinan kalau barang ditaruh di atas ada penyok-penyok lah di roof," kata Dadi mengutip detik.

Ia juga menjelaskan pada dasarnya Avanza memiliki batasan untuk membawa orang dan barang.

"Avanza itu kan dirancang untuk tujuh orang plus barang 100 kg lah kira-kira. Satu orangnya diukur 70-75 kg. Sehingga kalau orangnya hanya lima ya barangnya bisa banyak," kata Dadi.

Sementara Sony Susmana dari Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) menjelaskan menambah beban di atap mobil sama saja dengan memindahkan pusat gravitasi ke area lebih tinggi. Bila hal itu dilakukan, maka titik keseimbangan mobil akan berbeda dari biasanya.

Pergeseran titik gravitasi itu mesti dipahami pengemudi agar pola mengemudi bisa menyesuaikan. Salah satu penyesuaian yakni mengurangi kecepatan mobil sekitar 10 km per jam dari batas normal.

Namun harus digarisbawahi, panduan ini hanya berlaku buat pengemudi yang membawa barang bawaan di atap dengan ukuran wajar.

"Misalnya ada tulisan batas kecepatan di rambu 60 km per jam, berarti 50 km per jam," kata Sony.

Bila meletakkan barang di atap, walau sudah dirasa diikat kencang, tetap saja berisiko goyang karena pergerakan mobil sepanjang perjalanan. Agar menjaga keseimbangan setidaknya tidak terlalu banyak berubah, Sony bilang pemudik juga harus mengerti tata cara peletakan barang.

"Sebaiknya yang di atas ringan-ringan, bukan yang berat di atas karena ya tidak aman," katanya.

Maka dari itu sangat disarankan pengemudi yang hendak membawa barang di atap untuk menggunakan roof box karena dinilai lebih aman dari segi keselamatan.

(ryh/fea)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |