Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan negaranya siap melakukan perundingan langsung dengan Rusia untuk membahas gencatan senjata. Ia juga berharap Moskow menyetujui usulan gencatan selama 30 hari.
Pernyataan itu muncul usai Presiden Rusia Vladimir Putin mengusulkan pertemuan dengannya di Istanbul, Turki, pada Senin (12/5) besok. Namun, Putin tak secara langsung menyatakan kesediaan untuk melakukan gencatan senjata.
Sehari sebelumnya, para pemimpin Prancis, Inggris, Jerman, dan Polandia telah mengunjungi Kyiv dan mendesak Rusia agar menyepakati gencatan senjata tanpa syarat mulai Senin (12/5). Desakan ini turut didukung oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Invasi Rusia ke Ukraina telah berlangsung lebih dari tiga tahun dan menewaskan ribuan orang. Zelensky menyebut tidak ada alasan untuk memperpanjang pertumpahan darah.
"Tidak ada gunanya melanjutkan pembunuhan bahkan satu hari lagi. Kami berharap Rusia mengonfirmasi gencatan senjata, penuh, berkelanjutan, dan dapat diandalkan, mulai besok, 12 Mei, dan Ukraina siap untuk bertemu," kata Zelensky melalui akun media sosial resminya di X, Minggu (11/5), melansir AFP.
Ia juga menyambut positif sinyal yang datang dari Moskow.
"Ini adalah tanda positif bahwa pihak Rusia akhirnya mulai mempertimbangkan untuk mengakhiri perang. Seluruh dunia telah menunggu ini sejak lama. Dan langkah pertama dalam mengakhiri perang adalah gencatan senjata," tegasnya.
Kyiv dan sekutu Barat menilai gencatan senjata tanpa prasyarat adalah satu-satunya jalan menuju penyelesaian diplomatik atas konflik yang menjadi perang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
Sejak invasi dimulai pada Februari 2022, Rusia dan Ukraina belum pernah kembali menggelar pembicaraan langsung. Selama ini, komunikasi hanya terjadi untuk pertukaran tawanan perang dan pengembalian jenazah.
Putin pun sebelumnya menanggapi tekanan negara-negara Eropa. "Kami mengusulkan kepada otoritas Kyiv untuk melanjutkan pembicaraan yang mereka hentikan pada 2022, dan saya tegaskan, tanpa prasyarat," kata Putin.
Ia juga menyatakan siap memulai negosiasi pada Kamis (15/5) di Istanbul, dan berencana berbicara dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk memfasilitasi pertemuan itu.
"Kami tidak menutup kemungkinan bahwa dalam pembicaraan itu kita bisa mencapai kesepakatan gencatan senjata baru," ujarnya.
Namun, ia menuduh negara-negara pendukung Ukraina di Barat berupaya melanjutkan perang melawan Rusia. Ia mengkritik ultimatum dan retorika anti Rusia dari Eropa, tanpa merespons langsung usulan gencatan senjata 30 hari.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, sepulang dari Ukraina, menilai Putin hanya berusaha "mengulur waktu."
Sementara itu, Trump menyebut usulan Putin untuk memulai kembali pembicaraan gencatan senjata sebagai hari yang penting bagi Rusia dan Ukraina, dan mengatakan ia siap membantu kedua negara mengakhiri perang.
Pemerintah Ukraina sebelumnya juga menuduh Rusia melancarkan lebih dari 100 serangan drone setelah gencatan senjata sementara selama 72 jam berakhir pada Sabtu (10/5) malam waktu setempat.
Ukraina sebelumnya tidak melaporkan serangan drone. Namun Kyiv menuduh Rusia telah melanggar kesepakatan tersebut ratusan kali. Rusia pun menuduh Ukraina tidak mematuhi gencatan senjata. Sebanyak 60 drone dilaporkan berhasil dijatuhkan.
"Pada malam 11 Mei (sekitar pukul 02.00), musuh menyerang dengan 108 drone serang Shahed dan berbagai jenis drone imitasi," kata angkatan udara Ukraina.
(del/wiw)