JAKARTA - Menyampaikan ceramah singkat bulan Syawal jadi salah satu saran penting untuk semangat beribadah pasca bulan Ramadhan.
Setelah sebulan penuh ditempa oleh berbagai bentuk ibadah seperti puasa, salat malam, tilawah, dan berbagai amalan mulia lainnya, dengan memasuki bulan Syawal diharapkan umat Muslim dapat menjaga kebiasaan baik seperti di bulan Ramadhan.
Ceramah singkat bulan Syawal bisa dijadikan sebagai momen muhasabah diri. Dengan tujuan semangat beribadah umat Muslim tidak hilang meskipun Ramadhan telah usai.
Melansir berbagai sumber, Kamis (10/4/2025), berikut ceramah singkat bulan Syawal yang dapat dijadikan sebagai referensi.
Ceramah Singkat Bulan Syawal
1. Cara Mempertahankan Semangat Ibadah Saat Tidak Lagi Ramadhan
Khutbah I
الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَمَّا بَعْدُ .فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . قَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta nikmat-Nya kepada kita, baik nikmat lahir maupun batin. Salah satu nikmat terbesar yang kita rasakan adalah nikmat iman dan Islam, yang menjadi petunjuk dalam menjalani kehidupan di dunia ini menuju kebahagiaan di akhirat. Semoga shalawat serta salam tetap tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Sebagai seorang hamba, kita wajib bersyukur atas segala karunia yang diberikan Allah SWT. Dengan bersyukur, Allah akan menambah nikmat-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Quran:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras'." (QS. Ibrahim: 7)
Bentuk nyata dari rasa syukur kita adalah dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Sebab, hakikat penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah, sebagaimana firman-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
"Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Melanjutkan Amal Ibadah Pasca Ramadhan
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Ramadhan telah kita lalui dengan penuh semangat ibadah. Kita terbiasa menunaikan sholat tepat waktu, membaca Al-Quran, bersedekah, dan meningkatkan amal kebaikan lainnya. Namun, tantangan sesungguhnya datang setelah Ramadhan berlalu. Apakah kita masih bisa menjaga dan melanjutkan kebiasaan baik tersebut?
Allah SWT mengingatkan kita agar senantiasa mengevaluasi diri dan melihat bagaimana kualitas ibadah kita:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr: 18)
Untuk menjaga dan meningkatkan amal ibadah pasca Ramadhan, ada tiga langkah utama yang dapat kita lakukan, yaitu Muhasabah (introspeksi diri), Mujahadah (bersungguh-sungguh dalam beribadah), dan Muraqabah (merasa selalu diawasi oleh Allah).
1. Muhasabah (Introspeksi Diri)
Muhasabah adalah mengevaluasi diri terhadap amal ibadah yang telah kita lakukan. Kita perlu bertanya kepada diri sendiri: Apakah selama Ramadhan kita sudah benar-benar beribadah dengan penuh keikhlasan? Apakah semangat ibadah kita hanya muncul di bulan Ramadhan? Pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu kita untuk terus memperbaiki diri dan mempertahankan ibadah yang telah kita jalankan.
Rasulullah SAW bersabda:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
"Orang yang cerdas adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT." (HR. Tirmidzi)
2. Mujahadah (Bersungguh-sungguh dalam Beribadah)
Setelah melakukan muhasabah, langkah selanjutnya adalah mujahadah, yaitu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjaga dan meningkatkan amal ibadah kita. Semangat ibadah yang telah kita bangun di bulan Ramadhan harus tetap dipertahankan. Meskipun tantangan datang dari lingkungan sekitar maupun dari diri sendiri, kita harus memiliki tekad kuat untuk tetap berada di jalan kebaikan.
Allah SWT berfirman:
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ
"Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Ankabut: 69)
3. Muraqabah (Merasa Selalu Diawasi oleh Allah)
Langkah terakhir adalah muraqabah, yaitu merasakan kehadiran dan pengawasan Allah dalam setiap aktivitas kita. Dengan muraqabah, kita akan lebih berhati-hati dalam bertindak, karena kita sadar bahwa setiap amal kita akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
أَنْ تَعْبـــُدَ اللَّهَ كَأَنَّــكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
"Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Bukhari)
Semangat muraqabah ini sejatinya telah kita latih dalam ibadah puasa, yang tujuannya adalah membentuk ketakwaan kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Bulan Syawal, yang berarti peningkatan, harus menjadi momentum bagi kita untuk terus meningkatkan amal ibadah dan ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan menerapkan Muhasabah, Mujahadah, dan Muraqabah, insyaAllah kita akan tetap istiqamah dalam ibadah, meskipun Ramadhan telah berlalu. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk terus berada di jalan-Nya dan menjadikan kita hamba-hamba yang istiqamah.
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
2. Berusaha Menjadi Muslim yang Senantiasa Bertakwa Pasca Ramadhan
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah,
Marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, terutama nikmat iman, Islam, dan kesehatan, sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang mulia ini untuk menunaikan ibadah sholat Jumat. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah,
Setelah sebulan penuh kita menunaikan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan, kita pun menyambut datangnya Idul Fitri dengan penuh suka cita. Hari kemenangan ini bukan sekadar ajang perayaan, tetapi lebih dari itu, merupakan momentum refleksi atas usaha kita dalam menggapai derajat ketakwaan. Dalam kitab Lataif al-Ma'arif, Ibnu Rajab al-Hanbali menegaskan bahwa hakikat Idul Fitri bukan sekadar mengenakan pakaian baru, tetapi justru terletak pada bertambahnya ketaatan kepada Allah SWT. Sebagaimana perkataannya:
"Bukanlah hari raya bagi orang yang memakai baju baru, melainkan hari raya bagi orang yang ketaatannya bertambah. Bukanlah hari raya bagi orang yang bersolek dengan pakaian dan kendaraan, melainkan hari raya bagi orang yang diampuni dosanya."
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Idul Fitri berasal dari kata Id yang berarti kembali, dan Fitri yang berarti suci. Maka, Idul Fitri adalah momentum kembalinya kita pada kesucian, baik dalam aspek lahiriah maupun batiniah. Dalam bukunya Membumikan Al-Quran, Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa kesucian sejati harus mencerminkan tiga unsur utama: benar, baik, dan indah.
Benar, berarti setiap sikap dan tindakan kita harus sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai moral.
Baik, artinya segala yang kita lakukan harus memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Indah, yakni menghadirkan keindahan dalam akhlak dan perilaku, baik dalam hubungan dengan Allah maupun sesama manusia.
Dengan memahami tiga unsur tersebut, kita akan lebih mudah menjaga fitrah kesucian yang telah kita raih selama bulan Ramadhan.
Hadirin Rahimakumullah,
Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ(QS. Al-Baqarah [2]: 183)
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Dari ayat ini, jelas bahwa tujuan utama puasa adalah membentuk pribadi yang bertakwa. Syekh Nawawi Al-Bantani dalam Tafsir al-Munir menegaskan bahwa ibadah puasa melatih kita untuk mengendalikan hawa nafsu, sehingga kita menjadi pribadi yang lebih taat kepada Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Takwa bukan sekadar rasa takut kepada Allah, tetapi juga kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi kita. Dengan memiliki ketakwaan, kita akan terdorong untuk senantiasa berbuat baik dan menghindari perbuatan dosa, baik dalam kondisi lapang maupun sempit.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Takwa bukan hanya soal ibadah ritual, tetapi juga memiliki dimensi sosial yang luas. Allah SWT berfirman dalam Surah Ali Imran:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ(QS. Ali Imran [3]: 133-134)
Artinya: "Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seperti langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu mereka yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang menahan amarah, dan orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan."
Dari ayat ini, kita dapat memahami bahwa ciri utama orang yang bertakwa bukan hanya rajin beribadah, tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Mereka berinfak, menahan amarah, dan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Maka, mari kita jadikan Idul Fitri ini sebagai titik tolak untuk lebih peduli kepada sesama, lebih sabar dalam menghadapi ujian, serta lebih lapang dalam memaafkan.
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah,
Marilah kita jadikan momentum Idul Fitri ini sebagai titik awal untuk memperbaiki diri, menjaga ketakwaan, dan terus berbuat baik. Semoga kita semua termasuk golongan yang kembali dalam keadaan suci dan bertakwa, serta mampu mempertahankan nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ اللَّهُمَّ صَلَّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِينَ الطَّاهِرِينَ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أَوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ، إِنَّ الله وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْأَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا انْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنَا أَيْنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللَّهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ
3. Menjaga Pola Hidup Tetap Positif Sepeninggal Bulan Ramadhan
Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْمَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَّاَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَاَسْقَيْنٰهُمْ مَّاۤءً غَدَقًاۙ
Jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah Ta'ala,
Mengawali khutbah yang penuh keberkahan ini, marilah kita tingkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ketakwaan sejati adalah menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh kesungguhan. Semoga dengan ketakwaan yang kita jaga, kita mendapatkan syafaat di hari akhir nanti. Aamiin ya rabbal 'alamin.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Bulan suci Ramadhan telah berlalu, namun semangatnya hendaknya tetap kita jaga. Ramadhan bukan sekadar momen satu bulan yang penuh ibadah, melainkan menjadi titik awal dalam membangun kebiasaan baik yang terus berlanjut sepanjang tahun. Oleh karena itu, menjaga pola hidup yang telah kita terapkan selama bulan Ramadhan sangat penting agar keberkahan dan manfaatnya terus terasa dalam kehidupan kita.
Salah satu amalan yang dapat kita lanjutkan adalah puasa sunnah Syawal. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan enam hari dari Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun." (HR Muslim)
Puasa Syawal lebih utama jika dilakukan berturut-turut setelah Idul Fitri, namun jika belum sempat, tetap disunnahkan untuk melakukannya di hari lain sepanjang bulan Syawal. Keutamaan puasa ini sangat besar, yaitu mendapatkan pahala seolah-olah berpuasa sepanjang tahun.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Selain puasa Syawal, kita juga dapat melanjutkan kebiasaan menghidupkan waktu malam dengan ibadah. Pada bulan Ramadhan, kita terbiasa menjalankan sholat tarawih, tahajud, dan sahur. Kebiasaan baik ini hendaknya terus kita pertahankan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tuhan kita, Allah tabaraka wa ta'ala turun setiap malam ke langit dunia di saat sepertiga malam akhir. Kemudian Allah berfirman, 'Barangsiapa berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan. Barangsiapa meminta kepada-Ku, akan Aku beri. Barangsiapa meminta ampun kepada-Ku, akan Aku beri ampunan." (Muttafaq 'alaih)
Dengan menjaga ibadah malam, kita memperoleh kesempatan untuk lebih dekat kepada Allah, memohon ampunan, dan meraih keberkahan dalam kehidupan.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Pola hidup positif lainnya yang perlu kita lanjutkan adalah membaca Al-Quran secara rutin. Saat Ramadhan, banyak dari kita yang berlomba-lomba mengkhatamkan Al-Quran. Kebiasaan ini hendaknya tidak berhenti setelah Ramadhan usai. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Bacalah Al-Quran. Sebab, ia akan datang memberikan syafaat pada hari kiamat kepada pembaca dan pengamalnya." (HR Ahmad)
Membaca Al-Quran bukan hanya mendatangkan pahala, tetapi juga menjadi petunjuk dalam kehidupan. Bahkan, setiap huruf yang kita baca bernilai pahala berlipat-lipat, sebagaimana sabda Rasulullah:
"Siapa saja yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Quran) maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf." (HR At-Tirmidzi)
Jamaah yang berbahagia,
Amalan-amalan yang telah kita laksanakan di bulan Ramadhan hendaknya menjadi rutinitas yang terus berlanjut, tidak hanya dilakukan sesaat. Kita tidak perlu terburu-buru dalam mengamalkannya, tetapi lebih penting untuk menjaga konsistensi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Amalan yang paling disukai Allah Ta'ala adalah yang kontinu walaupun itu sedikit." (HR Muslim)
Sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, salah satu tanda diterimanya suatu amal kebaikan adalah munculnya amalan baik lainnya setelahnya. Oleh karena itu, mari kita jadikan Ramadhan sebagai titik awal untuk memperbaiki diri dan terus meningkatkan kualitas ibadah kita.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala senantiasa memberikan kita kekuatan dan keistiqamahan dalam menjalankan amal kebaikan. Aamiin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
الْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ، أَوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيمٍ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ
4. Bulan Istiqomah dalam Ibadah
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan dengan penuh keikhlasan dan keimanan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Kita baru saja melewati bulan suci Ramadhan, bulan penuh keberkahan yang mengajarkan kita tentang kesabaran, keikhlasan, dan kedekatan kepada Allah SWT. Ramadhan bukan sekadar ritual tahunan, tetapi momentum pembinaan diri agar menjadi pribadi yang lebih bertakwa. Oleh karena itu, bulan Syawal harus kita jadikan sebagai bulan untuk menjaga dan meningkatkan semangat ibadah yang telah kita jalani selama Ramadhan.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Insyirah ayat 7-8:
"Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap."
Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa setelah menyelesaikan satu amalan ibadah, kita harus segera melanjutkannya dengan ibadah lainnya. Ramadhan telah berlalu, tetapi bukan berarti semangat ibadah kita juga ikut berlalu. Justru, di bulan Syawal inilah kita harus lebih meningkatkan kualitas ibadah kita.
Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
Salah satu amalan yang sangat dianjurkan di bulan Syawal adalah puasa sunnah enam hari. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka ia mendapat pahala seperti berpuasa sepanjang tahun." (HR. Muslim)
Mengapa puasa Syawal memiliki keutamaan seperti berpuasa setahun penuh? Para ulama menjelaskan bahwa satu kebaikan dilipatgandakan pahalanya sepuluh kali lipat. Maka, puasa Ramadhan selama 30 hari setara dengan 300 hari, dan puasa enam hari di bulan Syawal melengkapi pahala tersebut hingga 360 hari, yaitu seperti setahun penuh.
Selain mendapatkan pahala besar, puasa Syawal juga menjadi cara untuk menjaga keistiqomahan dalam mengendalikan hawa nafsu. Ramadhan telah melatih kita menahan diri, maka jangan sampai setelah Ramadhan kita kembali dikuasai hawa nafsu.
Menjaga Kualitas dan Kuantitas Ibadah
Jamaah yang dirahmati Allah,
Selain puasa, kita juga harus tetap menjaga kualitas dan kuantitas ibadah lainnya, baik yang wajib maupun yang sunnah. Jangan sampai setelah Ramadhan, kita mulai malas sholat berjamaah, meninggalkan tadarus Al-Quran, atau jarang berzikir dan berdoa. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 238:
"Peliharalah semua sholat (yang telah diperintahkan)..."
Menjaga sholat wajib dan menambah ibadah sunnah seperti sholat tahajud, dhuha, dan membaca Al-Quran akan membuat kita tetap dekat dengan Allah. Jika kita mampu istiqomah, maka keberkahan yang kita dapatkan di bulan Ramadhan akan terus berlanjut sepanjang tahun.
Memperkuat Kesalehan Sosial
Hal lain yang perlu kita jaga setelah Ramadhan adalah semangat berbagi dan membantu sesama. Di bulan Ramadhan, kita banyak bersedekah, berbagi makanan berbuka, dan membantu orang lain. Jangan sampai kebiasaan baik ini berhenti setelah Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda:
"Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maksudnya, memberi lebih baik daripada meminta. Oleh karena itu, mari kita jadikan Syawal sebagai momentum untuk terus berbagi kepada sesama, baik dengan harta, tenaga, maupun ilmu.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Bulan Syawal adalah bulan peningkatan ibadah. Jangan sampai kita kembali kepada kebiasaan buruk setelah Ramadhan berlalu. Mari kita lanjutkan amalan-amalan baik yang telah kita bangun selama Ramadhan, baik itu puasa, sholat, membaca Al-Quran, maupun bersedekah. Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk tetap istiqomah dalam kebaikan dan menjadikan kita hamba-Nya yang bertakwa.
Aamiin ya Rabbal 'Alamin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
5. Syawal sebagai Awal Perubahan dan Evaluasi Diri
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita kesempatan untuk menjalani ibadah di bulan Ramadhan dan kini memasuki bulan Syawal. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Bulan Syawal bukan sekadar waktu untuk merayakan kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa, tetapi juga merupakan momentum perubahan dan evaluasi diri. Setelah melalui serangkaian ibadah di bulan Ramadhan, hendaknya kita bertanya pada diri sendiri, "Apa bekas dari puasa kita? Apa yang berubah dalam diri kita setelah Ramadhan berlalu?"
Allah SWT berfirman dalam Surah Ar-Ra'd ayat 11:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra'd: 11)
Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa perubahan tidak akan terjadi tanpa ada usaha dari diri kita sendiri. Oleh karena itu, Syawal harus menjadi awal dari komitmen baru untuk terus meningkatkan kualitas ibadah dan kehidupan kita.
Meningkatkan Ibadah di Bulan Syawal
Syawal adalah momentum untuk memperpanjang semangat ibadah yang telah kita jalani di bulan Ramadhan. Tadarus Al-Quran, sholat tahajud, puasa sunnah, dan amalan saleh lainnya tidak boleh terhenti setelah Ramadhan berlalu. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa berpuasa Ramadhan, lalu mengikutinya dengan enam hari puasa di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun." (HR. Muslim)
Puasa enam hari di bulan Syawal merupakan salah satu amalan yang dianjurkan untuk dilakukan sebagai bentuk penyempurnaan ibadah puasa Ramadhan. Ini adalah salah satu cara untuk menjaga keberkahan yang telah kita peroleh di bulan Ramadhan agar tetap berlanjut sepanjang tahun.
Menjaga Kebaikan dan Meningkatkan Kedisiplinan
Selain meningkatkan ibadah, Syawal juga harus menjadi awal untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan baik lainnya, termasuk menjaga kesehatan. Dalam Islam, menjaga kesehatan adalah bagian dari ibadah. Rasulullah SAW bersabda:
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah." (HR. Muslim)
Maka, menjaga pola makan, berolahraga, dan menjaga kesehatan juga merupakan bagian dari bentuk syukur kita kepada Allah atas nikmat kehidupan yang diberikan.
Menjadi Pribadi yang Lebih Baik
Di bulan Syawal, kita juga diajarkan untuk terus memperbaiki diri, baik dalam hubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia. Rasulullah SAW bersabda:
"Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Salah satu akhlak yang mulia adalah memaafkan kesalahan orang lain. Penggunaan kata kerja madhy dalam kata 'afu dalam Al-Quran menandakan bahwa maaf harus diberikan bahkan sebelum orang lain memintanya. Oleh karena itu, mari kita jadikan bulan Syawal sebagai bulan untuk saling memaafkan, mempererat silaturahmi, dan meningkatkan kualitas hubungan sosial kita.
Hadirin yang berbahagia,
Bulan Syawal adalah titik awal perubahan dan perbaikan diri. Jangan jadikan Ramadhan hanya sebagai ritual tahunan tanpa adanya perubahan yang berarti dalam kehidupan kita. Mari kita jadikan bulan ini sebagai momentum untuk terus berkembang menjadi hamba yang lebih baik di sisi Allah SWT.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita dalam setiap langkah perubahan yang kita lakukan. Aamiin Ya Rabbal 'Alamin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.