Ahli Temukan Predator Purba Berusia 506 Juta Tahun, Ini Penampakannya

4 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Para ahli baru-baru ini menemukan predator kecil bermata tiga yang dijuluki 'ngengat laut' yang menghuni lautan sekitar 506 juta tahun lalu. Simak penampakannya.

Para ahli menamai spesies ini dengan nama Mosura fentoni, yang termasuk dalam kelompok radiodont, cabang awal dari artropoda. Penemuan ini sudah terbit di jurnal Royal Society Open Science, Selasa (13/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Radiodont memang sudah punah, tapi menurut para ahli dengan mempelajari sisa-sisa fosilnya mereka dapat mengetahui bagaimana artropoda modern seperti serangga laba-laba dan kepiting berevolusi.

Penulis utama studi ini, Joe Moysiuk, yang juga kurator paleontologi dan geologi di Museum Manitoba di Winnipeg, mengatakan bahwa artoproda merupakan salah satu kelompok hewan yang paling beragam, dengan lebih dari 80 persen spesies hewan ini masih hidup.

Spesimen Mosura fentoni yang berhasil ditemukan para ahli ini mengungkap sesuatu yang belum pernah terlihat pada radiodont lainnya, yakni bagian tubuh yang menyerupai perut dengan 16 segmen yang memiliki insang di bagian belakangnya.

Bagian anatomi makhluk ini mirip dengan kumpulan segmen yang memiliki organ pernapasan di bagian belakang tubuh yang ditemukan pada kerabat radiodont modern seperti kepiting tapal kuda, kutu kayu, dan serangga.

Mosura Fentoni. Dok.Jean-Bernard Caron/Royal Society Open ScienceBagian anatomi makhluk ini mirip dengan kumpulan segmen yang memiliki organ pernapasan di bagian belakang tubuh yang ditemukan pada kerabat radiodont modern seperti kepiting tapal kuda, kutu kayu, dan serangga. (Foto: Dok. Jean-Bernard Caron/Royal Society Open Science)

Menurut para ahli struktur tersebut kemungkinan besar digunakan untuk membantu Mosura menangkap lebih banyak oksigen dari lingkungannya. Hal ini juga dapat mencontohkan konvergensi evolusioner, ketika struktur yang tampak serupa berevolusi secara independen dalam kelompok organisme yang berbeda.

"Spesies baru ini menekankan bahwa artropoda awal ini sudah sangat beragam dan beradaptasi dengan cara yang sebanding dengan kerabat modern mereka yang jauh," kata rekan penulis studi Jean-Bernard Caron, dalam sebuah pernyataan, melansir CNN.

Menurut Moysiuk tidak ada hewan yang hidup saat ini yang mirip dengan Mosura fentoni, meski memiliki cakar bersendi yang mirip serangga dan krustasea modern.

Namun, tidak seperti makhluk-makhluk itu, yang bisa memiliki dua atau empat mata, Mosura memiliki mata ketiga yang lebih besar dan lebih mencolok di tengah-tengah kepalanya.

"Meskipun tidak berkerabat dekat, Mosura kemungkinan berenang dengan cara yang mirip dengan pari, mengepakkan sayapnya ke atas dan ke bawah, seperti terbang di bawah air," kata Moysiuk.

"Ia juga memiliki mulut yang berbentuk seperti rautan pensil dan dilapisi dengan deretan lempengan bergerigi, tidak seperti hewan hidup lainnya," lanjutnya.

Mosura berukuran sebesar jari telunjuk manusia dewasa. Kepakan renangnya samar-samar menyerupai ngengat, dan ini membuat dia disebut sebagai 'ngengat laut' oleh para peneliti.

Beberapa spesimen Mosura memperlihatkan bekas cakar depan yang diduga untuk membantu radiodont mencari makan.

Caron menggunakan miniatur jackhammer untuk menyingkirkan batu yang menutupi kepala spesimen dan menemukan cakar berduri yang menjulur sempurna terselip di bawahnya.

Para ahli mengatakan tidak ada bukti langsung tentang apa yang dimakan Mosura, tapi yang jelas ia hidup berdampingan dengan hewan-hewan seperti cacing biji pohon ek, cacing bulu, dan artropoda kecil mirip krustasea yang mungkin menjadi mangsa radiodont.

Sebaliknya, Mosura kemungkinan menjadi mangsa radiodont yang lebih besar, seperti udang Anomalocaris canadensis, atau ubur-ubur raksasa Burgessomedusa phasmiformis.

"Ini menunjukkan bahwa ada lebih banyak lagi contoh hewan-hewan ini, khususnya, bentuk-bentuk yang merupakan predator laut yang aktif, mengisi lebih banyak lagi gambaran tentang bagaimana ekosistem laut purba ini berfungsi," kata Russell D.C. Bicknell, peneliti pascadoktoral di divisi paleontologi Museum Sejarah Alam Amerika, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

(dmi/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |