Alasan China Larang Chip Nvidia Sampai Bikin Manusia Rp2.546 T Kecewa

2 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah China melarang perusahaan-perusahaan teknologi di negaranya membeli chip dari Nvidia, raksasa semikonduktor asal Amerika Serikat. Sebetulnya, apa alasan China melarang perusahaan teknologi seperti ByteDance dan Alibaba membeli Chip dari Nvidia?

Langkah ini disebut sebagai respons atas meningkatnya tensi perdagangan dengan Washington, sekaligus sinyal kuat bahwa Beijing tidak akan begitu saja tunduk pada skema ekspor yang ditawarkan pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melansir CNN pada Senin (15/9), pengumuman pelarangan ini disampaikan setelah regulator pasar China menemukan dugaan pelanggaran hukum anti-monopoli yang dilakukan Nvidia. Perusahaan itu dianggap sudah melanggar syarat persetujuan akuisisi Mellanox Technologies, perusahaan desain chip asal Israel yang dibeli Nvidia pada 2020.
Penyelidikan yang awalnya diluncurkan pada Desember lalu kini dilanjutkan, dengan pemerintah China menyebut akan mengusut lebih lanjut praktik bisnis Nvidia di wilayahnya.

Langkah ini dilakukan di tengah pembicaraan perdagangan putaran keempat antara diplomat AS dan China yang berlangsung di Madrid, Spanyol. Meski kedua belah pihak menyebut pertemuan berjalan baik, tindakan saling balas dagang terus berlangsung.

Pada Jumat lalu, Departemen Perdagangan AS memasukkan dua perusahaan chip China ke dalam daftar hitam perdagangan, melarang mereka mengakses teknologi semikonduktor Amerika.

Sebagai balasan, Beijing bergerak lebih agresif dengan menarget Nvidia, perusahaan paling berharga di bursa saham AS dan pemasok utama chip kecerdasan buatan (AI) global.

Isu keamanan

Chip AI Nvidia yang dirancang khusus untuk pasar China, H20, menjadi salah satu pemicu utama pelarangan ini. Meskipun pemerintahan Trump baru-baru ini mengizinkan kembali ekspor chip tersebut ke China melalui kesepakatan lisensi khusus, otoritas China menyatakan kekhawatiran terhadap aspek keamanan chip tersebut.

Chip H20 diyakini telah digunakan untuk mengembangkan DeepSeek, salah satu model AI canggih buatan China yang menarik perhatian Silicon Valley awal tahun ini.

Keberhasilan model tersebut memicu kekhawatiran di kalangan analis Barat bahwa kemajuan AI China mungkin lebih jauh dibanding yang selama ini diperkirakan.

Media pemerintah China juga mengisyaratkan bahwa H20 bisa menimbulkan risiko bagi keamanan nasional, meskipun belum ada pernyataan resmi yang menyebut chip itu secara langsung.

Bagi Beijing, pelarangan pembelian chip Nvidia bukan hanya soal hukum anti-monopoli, melainkan juga bagian dari strategi besar membangun kemandirian teknologi. Dengan pasar chip AI yang semakin strategis, baik China maupun Amerika Serikat menyadari bahwa dominasi di bidang ini berkaitan langsung dengan kekuatan ekonomi dan militer masa depan.

Meskipun teknologi semikonduktor China masih tertinggal dari AS, Beijing terus menggelontorkan dana dan kebijakan untuk mengejar ketertinggalan itu.

Melarang pembelian chip dari Nvidia bisa menjadi cara untuk memaksa perusahaan dalam negeri mempercepat pengembangan teknologi sendiri, sekaligus menolak ketergantungan pada produk Amerika, tak peduli semenarik apa pun tawaran yang datang dari Gedung Putih.

Apalagi, penjualan chip AI menyumbang sekitar 13 persen dari total pendapatan Nvidia pada 2024, dan China adalah salah satu pasar terbesarnya. Artinya, larangan ini tak hanya berdampak strategis, tapi juga mengguncang secara finansial.

Saham Nvidia dilaporkan turun 1,4 persen dalam perdagangan pra-pasar usai pengumuman larangan ini.

Belum jelas apakah China akan menjatuhkan sanksi lebih lanjut terhadap Nvidia atau bahkan membatasi distribusi chip secara lebih luas. Namun arah kebijakannya jelas, China ingin mengirim pesan tegas bahwa mereka tidak akan menerima begitu saja setiap upaya AS untuk tetap menguasai pasar teknologi global, terutama dalam bidang yang sangat sensitif seperti AI dan semikonduktor.

Kekecewaan Jensen Huang

CEO Nvidia Jensen Huang menyatakan kekecewaannya atas kebijakan China yang melarang perusahaan-perusahaan teknolog membeli chip Nvidia.

"Kami akan tetap mendukung pemerintah dan perusahaan-perusahaan China sesuai keinginan mereka," kata Huang, melansir CNBC, Kamis (18/9).

Huang, yang memiliki harta kekayaan hingga US$154,3 miliar atau setara lebih dari Rp2.546 triliun, mengatakan bahwa Nvidia berkontribusi lebih besar terhadap pasar China daripada kebanyakan negara lain.

"Dan saya kecewa dengan apa yang saya lihat. Tapi mereka memiliki agenda yang lebih besar untuk diselesaikan antara China dan Amerika Serikat, dan saya mengerti hal itu," lanjut dia.

(dmi/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |