CNN Indonesia
Rabu, 15 Okt 2025 20:10 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Badan Gizi Nasional (BGN) mengakui dan menjelaskan susu untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) masih impor.
Tim Pakar Bidang Susu BGN Epi Taufik menjelaskan produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) masih jauh di bawah kebutuhan nasional. Oleh karena itu, pemerintah masih mengimpor susu dari negara lain.
"Sebelum MBG, kebutuhan susu Indonesia sekitar 4,7 juta ton per tahun. Dengan MBG, kebutuhan naik menjadi lebih dari 8 juta ton. Padahal produksi lokal baru sekitar satu juta ton per tahun. Jadi, kalau kita paksa 100 persen lokal, stok susu nasional langsung habis," kata Epi melalui keterangan tertulis, Rabu (15/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BGN pun memutuskan komposisi awal susu MBG minimal mengandung 20 persen susu segar lokal. Epi berkata target persentase ini akan terus meningkat setiap tahun seiring bertambahnya produksi nasional.
Guru Besar Ilmu dan Teknologi Susu IPB itu mengatakan kualitas susu MBG tidak kalah dengan susu segar murni. Menurutnya, formulasi susu MBG disusun berdasarkan standar gizi susu cair penuh (full cream milk) sesuai Peraturan BPOM No. 13 Tahun 2023.
"Walau belum 100 persen menggunakan susu segar lokal, kandungan gizi susu MBG-mulai dari protein, kalsium, hingga vitamin D-dibuat setara dengan susu segar. Anak-anak tetap dapat energi dan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh dan belajar," ucapnya.
Kepala Biro Hukum dan Humas BGN Khairul Hidayati mengatakan BGN telah menyusun peta jalan peningkatan produksi susu nasional 2025-2029. Dengan demikian, MBG menjadi pintu kebangkitan industri susu nasional.
Dengan adanya pasar besar dan tetap dari pemerintah, peternak lokal akan memiliki jaminan penyerapan hasil produksi yang selama ini sulit mereka dapatkan.
"Jadi, MBG bukan hanya soal memberi makan anak-anak, tapi membangun sistem pangan nasional. Dari segelas susu, kita sedang membangun masa depan bangsa," ujar Hidayati.
(dhf/sfr)