Jakarta, CNN Indonesia --
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan kendaraan listrik dapat menjadi solusi untuk membantu menekan pemanasan global dari sisi pengendalian gas rumah kaca.
"Contoh yang sudah bagus mobil listrik. Bagaimana menggencarkan mobil listrik atau public transport. Itu kan sebenarnya mengendalikan gas rumah kaca." kata Ketua BMKG, Dwikorita Karnawati saat wawancara dengan CNN Indonesia, Kamis (16/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia berharap hal tersebut bisa dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia agar dapat terhindar dari mimpi buruk seperti kenaikan curah hujan ekstrem, serta kenaikan temperatur global.
BMKG memproyeksikan jika gas rumah kaca tidak dapat dikendalikan, suhu permukaan global akan melonjak sampai 3,5 derajat celsius.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau itu masif di seluruh Indonesia, insyaallah nightmare mimpi buruk 3,5 derajat celsius dan kenaikan hujan menjadi semakin ekstrem, suatu kenormalan baru, insyaallah itu akan terhindari. Kalau tidak, ini mohon maaf, ini ilmuwan klimatologi ini sebetulnya ada rasa yang khawatir." tambahnya.
Konsultan global, Kearney, telah membuat studi yang menyebut target Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) untuk menahan pemanasan global di bawah 1,5 derajat celsius sejak zaman pra industri hingga tahun 2050 kemungkinan besar tidak tercapai. Jika tidak ada perubahan besar dalam menanggulangi pemanasan global.
Wakil Direktur Program Gabungan Massachusetts Institute of Technology (MIT), Sergey Paltsev menjelaskan mengubah mobil internal combustion engine (ICE) ke electric vehicle (EV) tidak serta merta mengubah emisi menjadi nol. Meski begitu emisi yang dihasilkan EV masih tergolong rendah dibanding ICE.
"Kita seharusnya tidak mengklaim bahwa dengan beralih ke mobil listrik, masalah teratasi, kita akan memiliki nol emisi, tidak bukan itu masalahnya. Tapi mobil listrik sebenarnya jauh lebih baik dalam hal dampak terhadap iklim dibandingkan dengan kendaraan ICE. Dan pada waktunya, keunggulan mobil listrik akan terus meningkat." katanya.
Mengutip laman resmi MIT, walaupun tidak menghasilkan emisi langsung dari knalpot, mobil listrik tetap menimbulkan emisi pada tahap produksi dan pengisian daya.
Emisi misalnya ada di proses pembuatan baterai lithium-ion. Penambangan dan pemrosesan mineral penting baterai seperti litium, kobalt dan nikel memerlukan penggunaan bahan bakar fosil serta pemanasan pada suhu tinggi.
Selain itu terdapat negara-negara yang masih menggunakan pembangkit listrik tenaga batu bara sehingga angka emisinya terlihat sama-sama tidak bagus, namun setidaknya setara atau mungkin lebih baik dibanding ICE.
Selain itu, peralihan ke tenaga listrik menjadi semakin sulit ketika menyangkut kendaraan berbobot besar, seperti truk tronton, kapal, dan pesawat, yang masih bergantung pada bahan bakar fosil.
(rev/fea)