DEN Bicara Stabilitas Pasar Usai Terdampak Reshuffle Sri Mulyani

3 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu bicara soal stabilitas pasar setelah pergantian menteri keuangan dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa dalam reshuffle kabinet.

Mari menyinggung reshuffle Kabinet Merah Putih pada Senin (8/9) lalu ketika membahas ketidakpastian pasar Indonesia. Ketidakpastian itu diklaim tercermin dari gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta nilai tukar rupiah.

"Ketidakpastian di pasar, seperti yang kita ketahui ada demonstrasi, ada reshuffle kabinet di mana Menteri Keuangan (Sri Mulyani) dicopot," ucap Mari Elka dalam Indonesia Update di Australian National University (ANU) di YouTube ANU Indonesia Project, Jumat (12/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia melihat pencopotan Sri Mulyani dan serangkaian demonstrasi di Indonesia sempat membuat nilai tukar melemah. Begitu pula dengan gerak IHSG yang jatuh ke zona merah.

Akan tetapi, Mari menegaskan sudah terjadi pembalikan. Ia tidak menyebut pasti apakah rebound itu berkat kepercayaan pasar yang tumbuh terhadap pengganti Sri Mulyani, yakni Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.

"Faktanya, pasar saham (IHSG) telah menguat. Terlihat tampak lebih stabil dari yang diperkirakan. Atau ini hanya calm before the storm? Kita tidak tahu," tuturnya.

Terlepas dari pergantian pemain di posisi menkeu, Mari Elka berpendapat Indonesia memang menghadapi masalah struktural. Permasalahan yang menghantui Indonesia selama ini mencakup kualitas pertumbuhan ekonomi, daya beli rendah, hingga penciptaan lapangan kerja.

Wakil dari Ketua DEN Luhut Binsar Pandjaitan itu menegaskan kebijakan makroekonomi seharusnya menjadi aspek penting ketika pemerintah ingin merangsang pertumbuhan yang lambat.

"Kebijakan procyclical tidak cukup, kita butuh reformasi struktural ... Jadi, pertanyaan utama dan pesan utama hari ini adalah: masalahnya bukan kemerosotan ekonomi yang bersifat siklus, melainkan masalah struktural," tegas Mari.

Salah satu yang dikritik Mari adalah sistem perpajakan Indonesia. Menurutnya, selama ini Kementerian Keuangan hanya fokus 'berburu di kebun binatang'. Hal tersebut membuat pajak hanya menyasar orang yang itu-itu saja.

Mari juga mengkritik gerak lamban BI dalam menurunkan suku bunga. Ia menilai hal tersebut merambat pada lesunya permintaan kredit di perbankan.

Pada akhirnya, BI mulai bergerak menurunkan suku bunga acuan. Walau, menurut Mari, transmisi dari kebijakan moneter itu masih tergolong lambat.

"Saya tidak akan membahas terlalu dalam, tapi ada masalah sektor finansial di sana. Menurut saya, sebagian besar penyebabnya adalah kurangnya permintaan kredit. Alasannya, sekali lagi, karena perlambatan ekonomi," tuturnya

"Bank Indonesia lambat menurunkan suku bunga, meski inflasi rendah," kritik Mari.

Bank Indonesia baru saja kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis point (bps), yakni dari 5 persen ke 4,75 persen. Keputusan itu diambil usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode September 2025.

[Gambas:Video CNN]

(skt/dhf)

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |